BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pemetaan adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi
kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan
dalam tema yang dipilih. Pembelajaran Tematik merupakan pendekatan pembelajaran
yang mengintegrasikan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui
keterpaduan tema. Tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya. Pada pembelajaran ini guru menyajikan
pembelajaran dengan tema dan sub tema yang disepakati dan dihubungkan dengan
antar mata pelajaran sehinggga siswa-siswi memperoleh pandangan dan hubungan
yang utuh tentang kegiatan dari mata pelajaran yang berbeda-beda
(Sukayati,1998).[1]
Dalam latar belakang ini kami
membahas tentang pemahaman Mahasiswa tentang Pemetaan Tema dalam Pembelajaran
Tematik. Namun dalam makalah ini lebih menekankan keterhubungan antara Pemetaan
dengan Kompetensi Dasar dan Indikator ke dalam Tema. Sebelum membahas tentang keterhubungan antara pemetaan dengan Kompetensi
Dasar dan indikator dalam tema kita harus memahami tentang konsep dasar tentang
pemetaan tema di paket yang sebelumnya. Hal tersebut perlu dilakukan untuk
mempermudah kerja kita dalam mengerjakan dengan bahasan ini yang sudah tersebut
di atas. Pada paket ini Mahasiswa di jelaskan terlebih dahulu tentang cara-cara
menjabarkan KD ke dalam indikator yang selanjutnya diminta untuk menjabarkan KD
ke dalam indikator secara kelompok.Semoga setelah pembahasan yang kami susun
ini selesai dibuat, kami berharap mampu memberikan pengetahuan tentang
keterhubungan antara pemetaan dengan KD dan Indikator.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Menetapkan
Jaringan Tema
a. Hakikat
Jaringan Tema
Membuat
jaringan tema merupakan bagian integral dari model pembelajaran terpadu yang
banyak digunakan dewasa ini. Lebih spesifik lagi, pembuatan jaringan tema
merupakan implementasi dari penerapan pembelajaran terpadu model Webbed.
Pembelajaran terpadu model Webbed adalah pembelajaran yang menggunakan
pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menetukan
tema tertentu. Tema dapat ditentukan dengan negosisasi guru dan siswa, tetapi
dapat pula diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan
sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi (Trianto
2007). Pengembangan tema menjadi sub-sub tema serta pola keterkaitannya inilah
yang kemdian membentuk jaringan tema. Dari
penejelasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa jaringan tema adalah
pola hubungan antara tema tertentu dengan sub-sub pokok bahasan yang diambil
dari berbagai bidang studi terkait.[2]
Kelebihan jaringan tema yang
mengikuti model pembelajaran terpadu milik Webber adalah:
a.
Penyelaksian/penentuan
tema sesuai minat akan memotivasi siswa-siswi unuk belajar
b.
Lebih mudah
dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman.
c.
Memudahkan
perencanaan.
d.
Pendekatan
tematik dapat memotivasi siswa-siswi.
e.
Memberikan
kemudahan bagi siswa-siswi dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda
yang terkait.
Sedangkan kekurangan jaringan tema model pembelajaran
terpadu Webber adalah,
a.
Sulit dalam
menyeleksi tema.
b.
Cenderung
untuk merumuskan tema yang dangkal.
c.
Dalam
pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan daripada
pengembangan konsep.
d.
Menetapkan
Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar.
Dalam mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a.
Urutan
berdasarkan herarki konsep disiplin ilmu dan atau tingkat kesulitan materi.
b.
Keterkaitan
antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
c.
Keterkaitan standar
kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
Kompetensi dasar berisi mengenai pengethuan,
ketrampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dan siswi dalam rangka
pencapaian standar kompetensi pada masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan.
Di bawah ini contoh rumusan Setandar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata
pelajaran untuk siswa kelas I SD/MI pada semester.[3]
b. Identifikasi materi pokok
Identifikasi materi pokok yang
menunjang pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan dengan
mempertimbangkan :
a.
tingkat
perkembangan fisik, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;
b.
kebermanfaatan
bagi peserta didik;
c.
struktur
keilmuan;
d.
kedalaman
dan keluasan materi;
e.
relevansi
dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
c. Penentuan Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar merupakan
kegiatan mental dan fisik yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan sumber
belajar melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan siswa
dan siswi. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai siswa
dan siswi. Rumusan pengalaman belajar juga mencerminkan pengelolaan-pengelolaan
pengalaman siswa dan siswi. Strategi
pembelajaran merupakan prosedur umum kegiatan pembelajaran tematik yang akan
dilaksanakan, baik yang menyangkut kegiatan tatap muka maupun pengalaman
belajar non-tatap muka.
d. Penentuan
Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap
kompetensi dasar didasarkan jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata
pelajaran per minggu dan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kompetensi dasar. Alokasi waktu yang
dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh
peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar. Alokasi waktu perlu diperhatikan para tahap pengembangan silabus yaitu
untuk memperkirakan jumlah jam pelajaran yang diperlukan dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik. Guru harus mampu memperkirakan berapa lama siswa dapat
mempelajari materi pembelajaran yang telah ditentukan.[5]
e. Menentukan
Media/Sumber Pembelajaran
Sumber
belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penulisan buku sumber harus seuai
kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia. Penentuan sumber belajar didasarkan
pada SK dan KD serta materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.
f. Penentuan
Jenis Penilaian
Model penilaian yang dikembangkan
mencakup prosedur yang digunakan, jenis dan bentuk penilaian, serta alat
evaluasi yang digunakan. Model penilaian ini disesuaikan dengan penilaian
berbasis kelas pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Objek penilaian
mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.
Untuk mencapai keberhasilan peserta didik diperlukan
penilaian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian, yaitu:
a.
Penilaian
diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b.
Penilaian
menggunakan acuan kriteria.
c.
Sistem yang
direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
d.
Hasil
penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.
e.
Sistem
penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam
proses pembelajaran.[6]
2. Penyusunan
RPP
1. Pengertian dan Komponen RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar
Isi dan telah dijabarkan mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri dari 1
(satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
Untuk memudahkan dalam pengembangana RPP penting
memperhatikan minimal komponen-komponen RPP sebagai berikut :
a.
Tujuan
Pembelajaran
b.
Materi Pokok
c.
Metode
Pembelajaran
d.
Sumber
Belajar
e. Penilaian Hasil Belajar
Khusus untuk pembelajaran tematik RPP ini merupakan
realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus
pembelajaran dengan komponan yang meliputi
1.
Identitas
mata pelajaran
2.
Kompetensi
dasar dan indikator yang akan dilaksanakan
3.
Materi pokok
beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi
dasar dan indikator.
4.
Strategi
pembelajaran
5.
Alat dan
media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta
sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai.
6. Penilaian dan tindak lanjut.[7]
3. Dasar
Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Perulunya perncanaan pembelajaran
sebagaimana disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan
pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai
berikut:
a. Perbaikan Kualitas Pembelajaran.
Perbaikan kualitas Pembelajaran
haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Perencanaan pembelajaran
dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini
dimungkinkan karena dalam desain pembelajaran, tahap yang akan dilakukan oleh
guru dan desain dalam mengajar telah dirancang dengan baik, mulai dan
mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan evaluasi
sumatif yang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b.
Pembelajaran
Dirancang Dengan Pendekatan Sistem
Untuk mencapai kualitas
pembelajaran, Desain Pembelajaran yang dilakukan haruslah didasarkan pada
pendekatan system. Dengan pendekatan system, akan memberikan peluang yang lebih
besar dalam mengintegrasikan semua variabel yang mempengaruhi belajar, termasuk
keterkaitan antarvariabel pengajaran yakni variable kondisi pembelajaran
variable metode, dan variable hasil pembelajaran.
c. Desain Pembelajaran Mengacu Pada Bagaimana Seseorang
Belajar
Kualitas pembelajaran juga banyak
tergantung pada bagaimana pembelajaran itu dirancang . Rancangan pembelajaran
biasanya dibuat berdasarkan pendekatan rancangannya. Bagaimana teori yang telah
di kembangkan mengenai belajar, misalnya teori behavioristik yang menekankan
pada perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori pengelolaan informasi
yang menekankan pada bagaimana suatu informasi itu diolah dan disimpan dalam
ingatan. Teori ketiga berpijak pada psikologi kognitif yang memandang bahwa
proses belajar adalah mengaitkan pengetahuan baru ke struktur pengetahuan yang
sudah dimiliki siswa, dan hasil belajar berupa terbentuknya struktur
pengetahuan baru yang lebih lengkap.
d. Desain Pembelajaran Harus Diacukan Pada Tujuan
Hasil pebelajaran mencakup hasil
langsung dan hasil tak langsung (pengiring). Perencanaan pembelajar perlu
mimilah hasil pembelajaran yang langsung dapat di ukur setelah selesai
pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pembelajaran yang dapat terukur setelah
melalui keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil pengiring.
e. Desain Pembelajaran Diarahkan Pada Kemudahan Belajar.
Sebagaimana disebutkan diatas,
pembelajaran adalah upaya membelajarkan Siswa dan perancangan pembelajaran
merupakan penataan upaya tersebut agar muncul perilaku belajar.[10]Pembuatan
jaringan tema merupakan implementasi penerapan pembelajaran terpadu model
Webbed.Pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran yang mengandung
pendekatan tematik.Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan
tema tertentu.Tema dapat ditetapkan dengan negosiasi antara guru dengan
siswa-siswi.setelah tema disepakati dikembangkan sub-sub temanya dengan
memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi (Trianto,2007).Pengembangan
tema menjadi sub-sub tema serta membuat pola keterkaitannya inilah yang
kemudian membentuk jaringan.
Dapat disimpulkan bahwa jaringan
tema adalah pola hubungan antara tema tertentu dengan sub-sub pokok bahasan
yang diambil dari berbagai bidang studi.Dengan terbentuknya jaringan tema
diharapkan siswa-siswi memahami satu tema tertentu dengan melakukan pendekatan
interdisiplinberbagai bidng studi pengetahuan.jaringan tema juga mengajari
pembiasan agar siswa-siswi mampu berpikir secara integrtif dan holistik. Pembuatan jaringan tema yang mengikuti model pembelajaran terpadu Webbed
memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya:
·
Penyelesaian/penentuan
tema sesuai dengan minat akan memotivasi siswa-siswi untuk belajar
·
Lebih mudah
dilakukan oleh guru yang melum berpengalaman
·
Memudahkan
perencanaan
·
Pendekatan
tematik dapat memotivasi siswa-siswi.
·
Memberikan
kemudan bagi siswa-siswi dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda
yang terkait.
Kekurangan:
·
Sulit dalam
menyelesaikan tema
·
Cenderung
untuk merumuskan tema yang dangkal
·
Dalam
pembelajaran guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan dari pada
pengembangan konsep.
4.
Teknik
Pembuatan Jaringan Tema
Pembuatan jaringan tema melalui beberapa
tahapan yang harus dilalui.Langkah-langkahnya yaitu:
1.
Tentukan
terlebih dahulu tema. ada dua cara
diantaranya Cara pertama,mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang terdapat pada masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan
tema yang sesuai. Cara kedua,menetapkan tedapat lebih dahulu tema-tema pengikat
keterpaduan untuk menentukan tema tersebu, guru dapat bekerjasama dengan
siswa-siswi sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
2.
Menginventarisasi
materi-materi yang masuk/sesuai dengan tema yang telah ditentukan
3.
Mengelompokkan
materi-materi yang sudah diinvenyarisirke dalam rumpun mata pelajarannya
masing- maring.
4.
Menghubungkan
materi-materi yang telah dikelompokkan dalam rumpun mata pelajaran dengan tema
5.
Kriteria
Jaringan Tema yang Baik
1.
Simpel Jaringan tema dibuat untuk mempermudah penyusunan perencanaan pembelaran
secara keseluruhan.
2.
Sinkron.Jaringan
tema terdiri dari dua komponen utama yaitu tema pngikat dan materi-materi yang
terkait dan bias masuk dalam cakupannya.
3.
Logis.materi
yang dijaring memang betul-betul merupakan bagian dari tema.
4.
Mudah
dipahami. Tema yang baik adalah tema yang mudah dipahami semua orang.
5.
Terpadu Tema dan materi-materi diikat oleh kesamaan substansiyang ingin disampaikan kepada siswa-siswi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Membuat jaringan tema merupakan
bagian integral dari model pembelajaran terpadu yang banyak digunakan dewasa ini. Lebih spesifik lagi, pembuatan jaringan tema
merupakan implementasi
dari penerapan pembelajaran terpadu model Webbed. jaringan tema adalah pola hubungan antara tema
tertentu dengan sub-sub pokok bahasan yang diambil dari berbagai bidang studi
terkait. Kemudian bagaimana yang
dikatakan dengan cara membuat tema yaitu :
1. Tentukan terlebih dahulu tema. ada dua cara diantaranya Cara pertama,mempelajari standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang terdapat pada masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan
dengan menentukan tema yang sesuai. Cara kedua,menetapkan tedapat lebih dahulu
tema-tema pengikat keterpaduan untuk menentukan tema tersebu, guru dapat
bekerjasama dengan siswa-siswi sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa.
2.
Menginventarisasi
materi-materi yang masuk/sesuai dengan tema yang telah ditentukan
3.
Mengelompokkan
materi-materi yang sudah diinvenyarisirke dalam rumpun mata pelajarannya
masing- maring.
4.
Menghubungkan
materi-materi yang telah dikelompokkan dalam rumpun mata pelajaran dengan tema
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyar dkk. LAPIS PGMI. 2009.
Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran
Tematik, Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 2009.
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran
Tematik: Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Kelas Awal SD/MI, Jakarta:
Kencana, 2011.
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009.
[2] Trianto, Mengembangkan Model
Pembelajaran Tematik, (Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 2009), Hal 144
[3] Ibid, hal 144-145
[4] Sugiyar dkk.LAPIS PGMI.2009.hlm 7
[5] Trianto, Desain Pengembangan
Pembelajaran Tematik: Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Kelas Awal SD/MI,
(Jakarta: Kencana, 2011) , hal 335-339.
[6] Trianto, Mengembangkan Model.............hal
165
[7] Ibid, hal 166
[8] Ibid, hal 167-168
[9] Ibid, hal 176-177
[10] Wina Sanjaya, Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), Hal 4-5
[3]
Trianto, Desain
Pengembangan Pembelajaran Tematik: Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia
Kelas Awal SD/MI, (Jakarta: Kencana, 2011) , hal 335-339.
thank you
ReplyDelete