Wednesday, 19 October 2016

bahasa indonesia karangan fiksi dan non fiksi

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Karangan Fiksi
    1.     Pengertian Karangan Fiksi
Istilah fiksi dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Inggris fiction yang berarti cabang seni sastra yang berupa ceritera-ceritera imajinatif, berbentuk prosa.[1] Termasuk di dalamnya cerpen, novel, dan cerita-cerita yang diciptakan. Kata fiction dalam bahasa Inggris sebenarnya diserap dari bahasa Latin fingere yang berarti membuat, membentuk. Oleh karena itu fiksi disebut juga sebagai buatan atau cerita rekaan. Karangan fiksi menyajikan cerita buatan pengarangnya. Dalam membuat atau menyusun cerita itu pengarang menggunakan imajinasinya.
Oleh karena itu karangan fiksi disebut juga cerita imajinatif. Kata imajinatif ini menyarankan pengertian bahwa apa yang dikemukakan dalam karangan fiksi semata-mata adalah apa yang ada dalam angan-angan pengarangnya. Pengertian imajinatif yang demikian ini dipertentangkan dengan kenyataan yang sebenarnya, yaitu kenyataan yang benar-benar terjadi. Misalnya peristiwa-peristiwa yang disajikan wartawan dalam surat kabar, kejadian-kejadian yang ditulis dalam buku sejarah, fakta-fakta yang ditulis dalam laporan serta unsur-unsur dalam laporan penelitian dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan fiksi adalah karangan berbentuk prosa, berupa cerita rekaan, bersifat imajinatif. Untuk memahami lebih mendalam pengertian fiksi serta unsur-unsurnya, bacalah cerita pendek berikut ini.
Albasri dan Gadis Kecil
“Ayah, bagaimana keadaanmu tinggal sendirian dalam kubur yang gelap gulita tanpa pelita dan tanpa pelipur? Ayah, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu, semalam siapa yang menyalakannya untukmu? Kemarin masih kubentangkan tikar, kini siapa yang melakukannya, Ayah? Kemarin malam aku masih memijat kaki dan tanganmu, siapa yang memijatmu semalam, Ayah? Kemarin aku yang memberimu minum, siapa yang memberimu minum tadi malam? Kemarin malam aku membalikkan badanmu dari sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa nyaman, siapa yang melakukannya untukmu semalam, Ayah?”
“Kemarin malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau semalam, ayah? Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu, siapakah yang memperhatikan wajahmu tadi malam Ayah? Kemarin malam kau memanggilku dan aku menyahut panggilanmu, lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam Ayah? Kemarin aku suapin engkau saat kau ingin makan, siapakah yang menyuapimu semalam, Ayah? kemarin malam aku memasakkan aneka macam makanan untukmu Ayah, tadi malam siapa yang memasakkanmu?”
    2.     Ciri-Ciri Karangan Fiksi
Adapun ciri-ciri karangan fiksi adalah:[2]
a.    Segala sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan kebenarannya dalam kehidupan sehari-hari, merupakan hasil rekaan.
b.    Semua tokoh, setting dan pokok persoalan adalah realitas imajinatif bukan objektif.
c.    Kebenaran yang terjadi di dalam fiksi adalah bukan kebenaran obyektif melainkankebenaran logis yaitu kebenaran yang ada dalam penalaran.
d.   Manusia-manusia yang hidup dalam kenyataan sehari-hari yang terlibat dalam seluruh aspek kehidupan penokohan fiksi mampu mempengaruhi dan membentuk sifat dan sikap pembaca, pendengar, pemirsa.
e.    Kebenaran logis fiksi menyebabkan setiap pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai tafsiran.
    3.     Jenis-Jenis Karangan Fiksi
Suherli, Sumadiputra, dan Sofidar menyatakan bahwa cerita fiksi dibedakan menjadi:[3]
                 a.       Novel ialah cerita yang melukiskan pengalaman manusia yang isinya lebih singkat atau pendek dan belum ada penyelesaian yang sempurna. Contoh: Ketika Cinta Bertasbih dan Ayat-ayat Cinta.
                b.       Cerpen ialah karangan yang menguraikan suatu peristiwa atau melukiskan sesuatu kejadian dalam sepintas kilas, sehingga penyelesaiannya belum ada. Contoh: Hujan Kepagian
                 c.       Roman ialah cerita tentang percintaan. Contoh: Si Jamin karya Aman Datuk Majdoindo.
                d.      Dongeng merupakan percakapan yang dituturkan atau diceritakan kembali dari mulut ke mulut. Ceritanya buatan semata-mata, khayal, lucu, dan ajaib. Isi dongeng tersebut bermacam-macam,yaitu
1)   Dongeng yang lucu. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas.
2)        Fabel adalah dongeng yang menceritakan tentang binatang-binatang yang bertingkah laku seperti manusia. Contoh: Sang Kancil, Kalilah dan Damirah, Peladuk Jenaka.
3)        Legenda adalah dongeng khayal yang semata-mata dihubungkan dengan asal-usul suatu tempat atau daerah, gunung, kota, dan sebagainya. Contoh: Asal Mula Banyuwangi, Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu, Terjadinya Gunung Sebelah Barat Barabai di Kalimantan.
4)        Mite adalah dongeng tentang kepercayaan masyarakat. Contoh: Kyai Ageng Selo adalah seorang penguasa petir, Nyi Roro Kidul adalah ratu lain Indonesia, Dewi Sri adalah ratu padi.
5)        Sage adalah dongeng yang berhubungan dengan peristiwa atau mengandung unsur-unsur sejarah. Contoh: Hang Tuah, Ciung Wanara, Lutung Kasarung, Damar Wulan.
                 e.  Hikayat adalah cerita khayal tentang kehidupan raja-raja. Contoh :Hikayat Langlang Buana, Hang Tuah, Si miskin, Indra Bangsawan.
                 f.   Silsilah atau sejarah adalah cerita tentang asal-usul raja dan kaum bangsawan serta kejadian-kejadian penting dalam istana. Contoh : Sejarah Melayu, Silsilah Bugis, Tambo Bangkahulu.
    4.     Tahapan Menulis Karangan Fiksi
Proses dalam menulis karangan fiksi, sebagaimana proses menulis jenis-jenis karangan yang lain, melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:[4]
            a.  Tahapan Pramenulis
Tahapan ini meliputi sejumlah kegiatan, yakni:
1)   Memilih topik;
2)   Menentukan tujuan menulis;
3)   Mengidenfikasikan pikiran-pikiran berkaitan dengan topik serta menrencanakan pengorganisasiannya;
4)   Mengidenfikasikan siapa pembaca karangan yang akan disusun; dan
5)   Memilih bentuk karangan berdasarkan pembaca yang dituju dan tujuan penulisan.
           b.  Tahapan Penulisan Draft
Dalam tahapan ino penulis menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya ke dalam tulisan begitu saja kedalam draft kasar. Dalam menggunakan gagasan, pikiran, informasi, data, dan organisasi penulisan sebagaimana yang telah direncanakan dalam tahapan pramenulis. Tentu saja dala menulis itu pengarang senantiasa memperhatikan tujuan penulisan serta kondisi pembaca tulisan yang disusunnya.
            c.  Tahapan Revisi
Dalam tahapan ini penulis merevisi draft yang telah disusunnya. Revisi dilakukan dengan:
1)   Menambah informasi,
2)   Mempertajam perumusan,
3)   Merubah urutan pikiran,
4)   Membuang informasi yang tidak relavan,
5)   Menggabungkan pikiran, dan sebagainya.

           d.  Tahapan Editing
Dalam tahapan ini penulisan mengedit tulisannya dengan jalan:
1)   Membaca seluruh tulisan,
2)   Memperbaiki pilihan kata yang kurang tepat,
3)   Memperbaiki salah ketik,
4)   Memperbaiki teknik penomoran,
5)   Memperbaiki ejaan dan tanda baca.
            e.  Tahapan Publikasi
Dalam tahapan ini penulis mempublikasikan tulisannya melalui berbagai kemungkinan misalnya, mengirimkannya kepada penerbit, memgirimkannya kepada redaksi majalah, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan dalam tahapan-tahapan proses menulis di atas tidak terjadi dalam prosedur yang kaku, kegiatan itu yang dikerjakan. Hasil-hasil yang dikerjakan dalam tahapan sebelumnya bisa saja diubah atau disesuaikan dalam tahapan tahapan berikutnya. Kegiatan tahapan-tahapan itu bisa saja saling mengait dan dikerjakan bersama-sama. Misalnya dalam tahapan penulisan draft, dikerjakan pula kegiatan revisi, bahkan juga kegiatan editing.
Di samping proses menulis yang bersifat umum sebagaimana yang dikemukakan di atas, dalam mengarang fiksi penulis perlu memperhatikan karakteristik cerita fiksi. Antara lain, cerita fiksi mempunyai struktur yang di dalamnya ada sejumlah unsur (tokoh, alur, latar, tema dan titik pandang). Untuk memandu penulisan, di samping memperhatikan tahapan-tahapan dalam proses menulis sebagaimana dikemukakan di atas, dalam menulis karangan fiksi pengarang dapat berpegang pada pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1)   Apakah yang akan diceritakan dalam fiksi yang disusun itu ?
2)   Siapakah yang akan diceritakan dalam fiksi yang disusun itu ?
3)   Dimanakah peristiwa-peristiwa yang disajikan dalam fiksi itu terjadi ?
4)   Kapankah peristiwa itu terjadi ?
5)   Bagaimanakah suasana kejadian-kejadian dalam peristiwa yang disajikan dalam fiksi itu ?
6)   Bagaimanakah jalan ceritanya?
7)   Apakah pikiran utama yang akan menjadi dasar dibangunnya seluruh cerita dalam fiksi yang akan disusunnya itu ?
8)   Bagaimanakah teknik penceritaan yang akan digunkan dalam mengisahkan kejadian-kejadian dalam berbagai peristiwa dalam fiksi yang akan disusunnya itu ?
B.  Karangan Nonfiksi
1.    Pengertian Karangan Nonfiksi
Karangan nonfiksi pada dasarnya adalah semua jenis karangan yang menyajikan informasi, gagasan, ide keinginan, yang dikemukakan berdasarkan pengetahuan serta pengalaman empiris.[5] Dalam karangan nonfiksi ini pengarang menyajikan isi karangannya tidak dengan imajinasinya, melainkan dengan kemampuan bernalarnya.
Perbedaan utama antara karangan fiksi dan nonfiksi adalah pada hakikat realitas yang disajikan oleh pengarang. Dalam karangan fiksi, realitas yang disajikan pengarang adalah realitas imajiner, dalam arti bahwa realitas itu berada dalam rekaan pengarangnya. Sedangkan realitas yang disajikan dalam karangan nonfiksi adalah realitas yang aktual, yaitu yang benar-benar terjadi secara nalar.
2.    Ciri-ciri Karangan Nonfiksi
Karangan nonfiksi memiliki ciri sebagai berikut:[6]
a.    Memiliki ide yang ditulis secara jelas dan logis serta sistematis,
b.    Mengandung informasi yang sesuai dengan fakta,
c.    Menyajikan temuan baru atau penyempurnaan temuan yang sudah ada,
d.   Motivasi, rancangan dan pelaksanaan penelitian yang tertuang jelas,
e.    Penulis memberikan analisis dan interpretasi intelektual dari data yang diketengahkan dalam tulisannya. Untuk karya nonfiksi diharuskan menggunakan kata baku sesuai dengan kamus umum Bahasa Indonesia. Karya nonfiksi harus memakai bahasa berciri tepat, singkat, jelas, resmi dan teratur agar efektif.
3.    Jenis-Jenis Karangan Nonfiksi
Macam-macam karangan nonfiksi, yaitu:[7]
a.    Surat
Surat terbagi menjadi dua yaitu, surat pribadi dan surat dinas.
b.    Iklan
Iklan adalah pengumuman dari pembuat barang dengan tujuan memberitahukan produksi kepada konsumen. Ada beberapa macam iklan antara lain: iklan keluarga, iklan pengumuman, iklan tenaga kerja, iklan jual beli, dan iklan propaganda.
c.    Pengumuman
Pengumuman adalah pemberitahuan yang harus diketahui orang banyak. Tujuannya agar orang banyak mengetahui perihal yang diumumkan.
d.   Surat pembaca
Surat pembaca adalah surat yang dibuat oleh pembaca yang ditujukan kepada redaksi.
e.    Surat permohonan
Surat permohonan adalah surat yang berisi permintaan  atau permohonan baik kepada perorangan atau kelompok.
f.     Pidato
Pidato dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, yaitu dengan membaca naskah pidato, menggunakan garis besar atau tanpa naskah. Ada beberapa langkah untuk menyusun naskah pidato, yaitu:
1)   Menetukan maksud dan tujuan pidato,
2)   Menentukan pokok permasalahan,
3)   Menyusun naskah pidato



g.    Laporan
Laporan adalah suatu dokumen yang memuat informasi tertentu yang telah dikumpulkan dan disusun.
h.    Wacana
Karangan nonfiksi dapat disajikan dalam beberapa jenis wacana, yaitu rangkaian kalimat yang saling berhubungan baik bentuk maupun isinya, berisi informasi yang utuh. Macam-macam wacana karangan nonfiksi yaitu:
1)   Karangan Narasi
Karangan narasi ialah yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang didalamya terdapat alur cerita, setting, tokoh dan konflik tetapi tidak memiliki kalimat utama. 
Ciri-ciri karangan Narasi yaitu :
a)    Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa.
b)   Disajikan dalam waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir
c)    Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian.
d)   Latar (setting)
Contoh karangan narasi berikut ini.
Hari Pertama Masuk Kuliah
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket merah yang kupakai untuk mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Bau khas jalan aspal yang baru saja dibasahi hujan menyambutku ketika aku mulai berjalan berangkat ke kampus. Hari ini adalah hari pertamaku masuk perkuliahan setelah satu minggu acara ospek berakhir sabtu sore. Ada yang berdegup keras di dalam dada yang membangkitkan semangat,tekad untuk menjadi seorang Enterpreuner yang sukses.
Jalan raya mulai dipadati oleh mahasiswa berseragam hitam putih yang bersemangat menyambut hidup baru, menempuh masa depan. Hari pertama, dimulai dengan perkenalan bersama teman-teman baru dan hanya ada satu mata kuliah di hari itu karena hari itu hanya digunakan sebagai pengenalan wilayah kampus.
2)   Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi melukiskan suatu objek dengan kata-kata. Obkek uyang dilukiskan bisa berupa orang, benda, tempat, kejadian, dan sebagainya. Dalam karangan deskripsi penulis menunjukkan bentuk, rupa, suara, bau, rasa, suasana, dan situasi suatu objek. Karangan nonfiksi dengan cara deskripsi menjadikan pembaca aktif mengalami proses mental untuk mengalami apa yang dituliskan oleh pengarang.
Agar dapat mendekripsikan sesuatu dengan baik, kita perlu menguasai cara-cara menulis wacana deskripsi berikut ini.
a)    Mengamati objek yang akan ditulis
Bahan-bahan untuk mendeskripsikan suatu objek dengan baik melalui observasi atau pengamatan. Pertanyaan-pertanyaan berrikut ini dapat membantu mengumpulkan informasi untuk bahan mendeskripsikan sesuatu objek.
               i.          Bagaimanakah sifat-sifat fisik objek yang akan kita deskripsikan sesuatu (bentuk, ukuran, bahan, warna, rasa, bau, dan sebagainya) ?
             ii.          Adakah persamaan objek itu dengan objek yang lain ?
           iii.          Bagaimankah perbedaan antara objek yang akn kita deskripsikan itu dengan objek lain ?
b)   Menyeleksi dan menyusun rincian suatu deskripsi
Data dan informasi yang telah kita catat dari pengamatan perlu diseleksi dan disusun dengan cara-cara sebagai berikut:
               i.          Memilih data dan informasi yang memberi kesan yang kuat.
             ii.          Menyajikan informasi tentang objek yang kita deskripsikan dengan kerangka deskripsi sesuai dengan objek yang kita deskripsikan yaitu deskripsi dengan kerangka tempat, deskripsi dengan kerangka waktu, dan deskripsi dengan kerangka urutan bagian-bagian.
Contoh karangan deskripsi berikut ini.
Apotik
Siang itu aku sedang duduk santai di sofa empuk di dalam apotik milikku yang baru saja dibuka. Apotik ini adalah impianku sejak aku kuliah di farmasi dulu. Sekarang aku memandang puas pada usahaku selama ini. Aku bisa mendirikan apotik di kota kelahiranku.
Apotik ini cukup luas, beberapa rak besar tempat obat-obatan berjejer rapi dengan kemasan-kemasan obat warna-warni yang dikelompokkan menurut farmakologinya dan disusun alfabetis. Pandangan saya tertuju pada rak buku di pojok ruangan yang berisi buku-buku tebal. Ku ambil satu buku yang disampulnya tertulis Informasi Spesialis Obat atau yang biasa disebut kalangan farmasi dengan buku ISO.
Setelah ku pandangi aku tersenyum dan mengembalikannya ke tempat semula. Buku ini adalah buku pertama yang kubeli saat aku kuliah dulu. Aku memandang lagi secara keseluruhan apotik ini, sebuah televisi 14 inci dan sebuah computer di meja kasir.
3)   Karangan Ekposisi
Karangan nonfiksi dengan wacana eksposisi (sering disebut juga denga ekspositori) menyajikan tulisan yang dimaksudkan untuk memberikan informasi, menjelaskan sesuatu, atau mengajarkan sesuatu. Setelah seseorang membaca karangan yang ditulis dengan wacana eksposisi ini diharapkan dia akan bisa mengetahui, mengerti, atau dapat melakukan sesuatu sesuai dengan isi wacana.
Agar dapat menulis dengan wacana eksposisi dengan baik, kita perlu memahami dan menguasai teknik menulis wacana eksposisi. Ada enam macam hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a)    Panjang karangan yang akan disusun.
b)   Tujuan penulisan.
c)    Kesempatan kita untuk menulis.
d)   Pengetahuan dan pengalaman kita berkaitan dengan maslah yang akan kita tulis.
e)    Hal yang paling utama tentang masalah yang akan kita sajikan kepada pembaca.

Contoh karangan eksposisi berikut ini.
Rasa Takut
Pernahkan Anda menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut ? Bagaimana cara mengatasinya ? Rasa Takut adalah rasa dimana seseorang merasa bahwa dirinya sedang mengalami situasi atau suasana yang menghilangkan rasa percaya diri mereka akan sesuatu. Di bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut.
Pertama, persiapkan diri Anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi atau suasana tertentu. Dengan mempersiapkan diri saat menghadapi situasi atau suasana tertentu Anda akan merasa siap bahkan merasa bahwa Anda telah melewati situasi dan suasana tersebut.
Kedua, pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi situasi tersebut. Anda harus mempelajari baik-baik situasi apa yang sedang Anda hadapi baik ditempat sepi maupun dikeramaian. Karena Anda akan merasa siap dengan segala suasana dan situasi yang telah Anda pelajari.
Ketiga, pupuk dan binalah rasa percaya diri.kepercaya dirian merupakan kunci utama anda dalam mengatasi rasa takut. Dengan percaya diri Anda merasa bahwa Anda mampu melewati situasi dan suasana yang akan Anda lalui tanpa terhalang oleh rasa takut.
Keempat, setelah timbul rasa percaya diri, pertebal keyakinan Anda. Keyakinan Anda dalam mengadapi rasa takut harus dipertebal agar Anda mapu dan yakin bahwa rasa takut iu akan hilang dengan kepercayaan diri yang kuat dan keyakinan yang tinggi
Kelima, untuk menambah rasa percaya diri, kita harus menambah kecakapan atau keahlian melalui latihan atau belajar sungguh-sungguh. Anda juga haarus memiliki keahlian dan kecakapan dalam suatu bidang, agar rasa percaya diri Anda kuat dan menghilangkan rasa takut yang melanda Anda.
4)   Karangan Argumentasi
Karangan nonfiksi dengan wacana argumentasi menyajikan tulisan yang dimaksudkan untuk mempersuasi (mampengaruhi, mendorong) pembaca untuk mengambil suatu sikap tertentu atau agar pembaca melakukan tindakan tertentu. Dengan wacana argumentasi ini penulis bermaksud untuk:
a)    Mendorong pembaca untuk mengemukakan sikapnya;
b)   Mempengaruhi pembaca untuk mengubah sikapnya yang sekarang;
c)    Mempengaruhi pembaca untuk meninggalkan sikapnya yang sekarang;
d)   Mempengaruhi pembaca untuk mengubah sikapnya yang sekarang dan kemudian mengganti sikap yang lain;
e)    Mempengaruhi agar pembaca melakukan suatu tindakan tertentu;
f)    Menyokong pembaca agar tetap bertindak seperti sekarang.
Agar dapat menulis nonfiksi dalam wacana argumentasi dengan baik kita perlu mengetahui dan menguasai teknik-teknik penulisan wacana argumentasi. Tulisan argumentasi harus didukung dengan bukti-bukti (proof) yang menyakinkan. Bukti-bukti itu bisa ditemukan dalam berbagai bentuk sebagai berikut:
               i.          Definisi
             ii.          Perbandingan
           iii.          Hubungan
           iv.          Kesaksian
Perhatikanlah wacana argumentasi berikut ini.
Kesuburan Tanah
Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan menjaga kesuburannya dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.
Kesuburan tanah sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanaman bagi para petani. Tidak hanya baik bagi kesuburan tanah tapi juga akan memperbaiki kualitas dari tanaman sehingga akan mampu menghasilkan nilai rupiah yang baik bagi petani.

5)   Karangan Persuasi
Karangan persuasi adalah adalah karangan yang mempengaruhi, mengajak, menganjurkan sesuatu kepada orang lain uyntuk berbuat atau bertindak sesuai dengan yang diharapkan pengarang.
Contoh karangan persuasi :
Sistem Pendidikan Indonesia
Sistem pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belum memenuhi harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan membaca siswa kelas IV SD di Indonesia yang berada pada peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina, Thailand, Singapura, dan Hongkong.
Selain itu, berdasarkan penelitian, rata-rata nilai tes siswa SD kelas VI untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin menurun. Anak-anak di Indonesia hanya dapat menguasai 30% materi bacaan. Kenyataan ini disajikan bukan untuk mencari kesalahan penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi semata-mata agar kita menyadari sistem pendidikan kita mengalami krisis.
Oleh karena itu, semua pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Tidak hanya dari pemerintah sebagai penyedia sumber pendidikan, namun yang lebih penting adalah kesadaran dari berbagai pihak. Termasuk anak itu sendiri. Hal tersebut dapat memperbaiki sistem pendidikan nasional.



[1] Tasai Amran dan Zaenal  Arifin, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2002), h. 30
[2] Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1998), h. 27
[3] Suherli, Sumadiputra, dan Sofidar, Teori Sastra, (Jakarta: Departemen Pendidikan, 1987), h. 35
[4] Ibid., h. 32
[6] Ibid.,

No comments:

Post a Comment