BAB II
PEMBAHASAN
A.
Karangan Fiksi
1. Pengertian
Karangan Fiksi
Istilah fiksi dalam bahasa Indonesia diserap
dari bahasa Inggris fiction yang
berarti cabang seni sastra yang berupa ceritera-ceritera imajinatif, berbentuk
prosa.[1]
Termasuk di dalamnya cerpen, novel, dan cerita-cerita yang diciptakan. Kata fiction dalam bahasa Inggris sebenarnya
diserap dari bahasa Latin fingere yang
berarti membuat, membentuk. Oleh karena itu fiksi disebut juga sebagai buatan
atau cerita rekaan. Karangan fiksi menyajikan cerita buatan pengarangnya. Dalam
membuat atau menyusun cerita itu pengarang menggunakan imajinasinya.
Oleh karena itu karangan fiksi disebut juga
cerita imajinatif. Kata imajinatif ini menyarankan pengertian bahwa apa yang
dikemukakan dalam karangan fiksi semata-mata adalah apa yang ada dalam
angan-angan pengarangnya. Pengertian imajinatif yang demikian ini
dipertentangkan dengan kenyataan yang sebenarnya, yaitu kenyataan yang
benar-benar terjadi. Misalnya peristiwa-peristiwa yang disajikan wartawan dalam
surat kabar, kejadian-kejadian yang ditulis dalam buku sejarah, fakta-fakta
yang ditulis dalam laporan serta unsur-unsur dalam laporan penelitian dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan fiksi adalah karangan berbentuk prosa,
berupa cerita rekaan, bersifat imajinatif. Untuk memahami lebih mendalam
pengertian fiksi serta unsur-unsurnya, bacalah cerita pendek berikut ini.
Albasri
dan Gadis Kecil
“Ayah,
bagaimana keadaanmu tinggal sendirian dalam kubur yang gelap gulita tanpa
pelita dan tanpa pelipur? Ayah, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu, semalam
siapa yang menyalakannya untukmu? Kemarin masih kubentangkan tikar, kini siapa
yang melakukannya, Ayah? Kemarin malam aku masih memijat kaki dan tanganmu,
siapa yang memijatmu semalam, Ayah? Kemarin aku yang memberimu minum, siapa
yang memberimu minum tadi malam? Kemarin malam aku membalikkan badanmu dari
sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa nyaman, siapa yang
melakukannya untukmu semalam, Ayah?”
“Kemarin
malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau semalam,
ayah? Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu, siapakah yang memperhatikan
wajahmu tadi malam Ayah? Kemarin malam kau memanggilku dan aku menyahut panggilanmu,
lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam Ayah? Kemarin aku suapin
engkau saat kau ingin makan, siapakah yang menyuapimu semalam, Ayah? kemarin
malam aku memasakkan aneka macam makanan untukmu Ayah, tadi malam siapa yang
memasakkanmu?”
2. Ciri-Ciri Karangan Fiksi
Adapun
ciri-ciri karangan fiksi adalah:[2]
a.
Segala
sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan kebenarannya dalam kehidupan
sehari-hari, merupakan hasil rekaan.
b.
Semua
tokoh, setting dan pokok persoalan adalah realitas imajinatif bukan objektif.
c.
Kebenaran
yang terjadi di dalam fiksi adalah bukan kebenaran obyektif melainkankebenaran
logis yaitu kebenaran yang ada dalam penalaran.
d.
Manusia-manusia
yang hidup dalam kenyataan sehari-hari yang terlibat dalam seluruh
aspek kehidupan penokohan fiksi mampu mempengaruhi dan membentuk sifat dan
sikap pembaca, pendengar, pemirsa.
e.
Kebenaran
logis fiksi menyebabkan setiap pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai tafsiran.
3. Jenis-Jenis
Karangan Fiksi
Suherli,
Sumadiputra, dan Sofidar menyatakan bahwa cerita fiksi dibedakan menjadi:[3]
a.
Novel
ialah cerita yang melukiskan pengalaman manusia yang isinya lebih singkat atau
pendek dan belum ada penyelesaian yang sempurna. Contoh: Ketika Cinta Bertasbih
dan Ayat-ayat Cinta.
b.
Cerpen
ialah karangan yang menguraikan suatu peristiwa atau melukiskan sesuatu kejadian
dalam sepintas kilas, sehingga penyelesaiannya belum ada. Contoh: Hujan Kepagian
c.
Roman
ialah cerita tentang percintaan. Contoh: Si Jamin karya Aman Datuk Majdoindo.
d.
Dongeng
merupakan percakapan yang dituturkan atau diceritakan kembali dari mulut ke
mulut. Ceritanya buatan semata-mata, khayal, lucu, dan ajaib. Isi dongeng
tersebut bermacam-macam,yaitu
1)
Dongeng
yang lucu. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas.
2)
Fabel
adalah dongeng yang menceritakan tentang binatang-binatang yang bertingkah laku
seperti manusia. Contoh: Sang Kancil, Kalilah dan Damirah, Peladuk Jenaka.
3)
Legenda adalah dongeng khayal yang semata-mata
dihubungkan dengan asal-usul suatu tempat atau daerah,
gunung, kota, dan sebagainya. Contoh: Asal Mula Banyuwangi, Terjadinya Gunung
Tangkuban Perahu, Terjadinya Gunung Sebelah Barat Barabai di Kalimantan.
4)
Mite
adalah dongeng tentang kepercayaan masyarakat. Contoh: Kyai Ageng Selo adalah
seorang penguasa petir, Nyi Roro Kidul adalah ratu lain Indonesia, Dewi Sri
adalah ratu padi.
5)
Sage adalah dongeng yang berhubungan dengan peristiwa
atau mengandung unsur-unsur sejarah. Contoh: Hang Tuah, Ciung
Wanara, Lutung Kasarung, Damar Wulan.
e. Hikayat adalah cerita khayal tentang
kehidupan raja-raja. Contoh :Hikayat Langlang Buana, Hang Tuah, Si miskin,
Indra Bangsawan.
f. Silsilah atau sejarah adalah cerita tentang
asal-usul raja dan kaum bangsawan serta kejadian-kejadian penting dalam istana.
Contoh : Sejarah Melayu, Silsilah Bugis, Tambo Bangkahulu.
4. Tahapan
Menulis Karangan Fiksi
Proses dalam menulis karangan fiksi,
sebagaimana proses menulis jenis-jenis karangan yang lain, melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:[4]
a. Tahapan
Pramenulis
Tahapan ini meliputi sejumlah kegiatan,
yakni:
1)
Memilih topik;
2)
Menentukan tujuan menulis;
3)
Mengidenfikasikan pikiran-pikiran berkaitan
dengan topik serta menrencanakan pengorganisasiannya;
4)
Mengidenfikasikan siapa pembaca karangan yang
akan disusun; dan
5)
Memilih bentuk karangan berdasarkan pembaca
yang dituju dan tujuan penulisan.
b. Tahapan
Penulisan Draft
Dalam tahapan ino penulis menuangkan gagasan,
pikiran, dan perasaannya ke dalam tulisan begitu saja kedalam draft kasar.
Dalam menggunakan gagasan, pikiran, informasi, data, dan organisasi penulisan
sebagaimana yang telah direncanakan dalam tahapan pramenulis. Tentu saja dala
menulis itu pengarang senantiasa memperhatikan tujuan penulisan serta kondisi
pembaca tulisan yang disusunnya.
c. Tahapan
Revisi
Dalam tahapan ini penulis merevisi draft yang
telah disusunnya. Revisi dilakukan dengan:
1)
Menambah informasi,
2)
Mempertajam perumusan,
3)
Merubah urutan pikiran,
4)
Membuang informasi yang tidak relavan,
5)
Menggabungkan pikiran, dan sebagainya.
d. Tahapan
Editing
Dalam tahapan ini penulisan mengedit
tulisannya dengan jalan:
1)
Membaca seluruh tulisan,
2)
Memperbaiki pilihan kata yang kurang tepat,
3)
Memperbaiki salah ketik,
4)
Memperbaiki teknik penomoran,
5)
Memperbaiki ejaan dan tanda baca.
e. Tahapan
Publikasi
Dalam tahapan ini penulis mempublikasikan tulisannya melalui berbagai
kemungkinan misalnya, mengirimkannya kepada penerbit, memgirimkannya kepada
redaksi majalah, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan dalam tahapan-tahapan proses menulis di atas tidak
terjadi dalam prosedur yang kaku, kegiatan itu yang dikerjakan. Hasil-hasil
yang dikerjakan dalam tahapan sebelumnya bisa saja diubah atau disesuaikan
dalam tahapan tahapan berikutnya. Kegiatan tahapan-tahapan itu bisa saja saling
mengait dan dikerjakan bersama-sama. Misalnya dalam tahapan penulisan draft,
dikerjakan pula kegiatan revisi, bahkan juga kegiatan editing.
Di samping proses menulis yang bersifat umum
sebagaimana yang dikemukakan di atas, dalam mengarang fiksi penulis perlu
memperhatikan karakteristik cerita fiksi. Antara lain, cerita fiksi mempunyai
struktur yang di dalamnya ada sejumlah unsur (tokoh, alur, latar, tema dan
titik pandang). Untuk memandu penulisan, di samping memperhatikan
tahapan-tahapan dalam proses menulis sebagaimana dikemukakan di atas, dalam
menulis karangan fiksi pengarang dapat berpegang pada pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
1)
Apakah yang akan diceritakan dalam fiksi yang
disusun itu ?
2)
Siapakah yang akan diceritakan dalam fiksi
yang disusun itu ?
3)
Dimanakah peristiwa-peristiwa yang disajikan
dalam fiksi itu terjadi ?
4)
Kapankah peristiwa itu terjadi ?
5)
Bagaimanakah suasana kejadian-kejadian dalam
peristiwa yang disajikan dalam fiksi itu ?
6)
Bagaimanakah jalan ceritanya?
7)
Apakah pikiran utama yang akan menjadi dasar
dibangunnya seluruh cerita dalam fiksi yang akan disusunnya itu ?
8)
Bagaimanakah teknik penceritaan yang akan
digunkan dalam mengisahkan kejadian-kejadian dalam berbagai peristiwa dalam
fiksi yang akan disusunnya itu ?
B.
Karangan Nonfiksi
1.
Pengertian Karangan Nonfiksi
Karangan nonfiksi pada dasarnya adalah semua
jenis karangan yang menyajikan informasi, gagasan, ide keinginan, yang
dikemukakan berdasarkan pengetahuan serta pengalaman empiris.[5]
Dalam karangan nonfiksi ini pengarang menyajikan isi karangannya tidak dengan
imajinasinya, melainkan dengan kemampuan bernalarnya.
Perbedaan utama antara karangan fiksi dan
nonfiksi adalah pada hakikat realitas yang disajikan oleh pengarang. Dalam
karangan fiksi, realitas yang disajikan pengarang adalah realitas imajiner,
dalam arti bahwa realitas itu berada dalam rekaan pengarangnya. Sedangkan
realitas yang disajikan dalam karangan nonfiksi adalah realitas yang aktual,
yaitu yang benar-benar terjadi secara nalar.
2. Ciri-ciri
Karangan Nonfiksi
Karangan
nonfiksi memiliki ciri sebagai berikut:[6]
a.
Memiliki
ide yang ditulis secara jelas dan logis serta sistematis,
b.
Mengandung
informasi yang sesuai dengan fakta,
c.
Menyajikan
temuan baru atau penyempurnaan temuan yang sudah ada,
d.
Motivasi,
rancangan dan pelaksanaan penelitian yang tertuang jelas,
e.
Penulis
memberikan analisis dan interpretasi intelektual dari data yang diketengahkan
dalam tulisannya. Untuk karya nonfiksi diharuskan menggunakan kata baku sesuai
dengan kamus umum Bahasa Indonesia. Karya nonfiksi harus memakai bahasa berciri
tepat, singkat, jelas, resmi dan teratur agar efektif.
3.
Jenis-Jenis Karangan Nonfiksi
Macam-macam karangan nonfiksi,
yaitu:[7]
a.
Surat
Surat terbagi menjadi dua yaitu,
surat pribadi dan surat dinas.
b.
Iklan
Iklan adalah pengumuman dari
pembuat barang dengan tujuan memberitahukan produksi kepada konsumen. Ada
beberapa macam iklan antara lain: iklan keluarga, iklan pengumuman, iklan tenaga kerja, iklan jual beli, dan iklan propaganda.
c.
Pengumuman
Pengumuman adalah pemberitahuan
yang harus diketahui orang banyak. Tujuannya agar orang banyak mengetahui perihal yang
diumumkan.
d.
Surat pembaca
Surat pembaca adalah surat yang
dibuat oleh pembaca yang ditujukan kepada redaksi.
e.
Surat permohonan
Surat permohonan adalah surat
yang berisi permintaan atau permohonan baik kepada perorangan atau
kelompok.
f.
Pidato
Pidato dapat dilaksanakan dengan
berbagai cara, yaitu dengan membaca naskah pidato, menggunakan garis besar atau
tanpa naskah. Ada beberapa langkah untuk menyusun naskah pidato, yaitu:
1)
Menetukan
maksud dan tujuan pidato,
2)
Menentukan
pokok permasalahan,
3) Menyusun naskah pidato
g.
Laporan
Laporan adalah suatu dokumen yang
memuat informasi tertentu yang telah dikumpulkan dan disusun.
h.
Wacana
Karangan nonfiksi dapat disajikan dalam
beberapa jenis wacana, yaitu rangkaian kalimat yang saling berhubungan baik
bentuk maupun isinya, berisi informasi yang utuh. Macam-macam wacana karangan
nonfiksi yaitu:
1) Karangan
Narasi
Karangan
narasi ialah yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang didalamya
terdapat alur cerita, setting, tokoh dan konflik tetapi tidak memiliki kalimat
utama.
Ciri-ciri
karangan Narasi yaitu :
a)
Menyajikan
serangkaian berita atau peristiwa.
b)
Disajikan
dalam waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir
c)
Menampilkan
pelaku peristiwa atau kejadian.
d)
Latar
(setting)
Contoh karangan narasi berikut ini.
Hari Pertama Masuk Kuliah
Aku
tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat
tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan
ke dalam saku jaket merah yang kupakai untuk mencoba memerangi rasa dingin yang
terasa begitu menyiksa.
Bau
khas jalan aspal yang baru saja dibasahi hujan menyambutku ketika aku mulai berjalan
berangkat ke kampus. Hari ini adalah hari pertamaku masuk perkuliahan setelah
satu minggu acara ospek berakhir sabtu sore. Ada yang berdegup keras di dalam
dada yang membangkitkan semangat,tekad untuk menjadi seorang Enterpreuner yang
sukses.
Jalan
raya mulai dipadati oleh mahasiswa berseragam hitam putih yang bersemangat
menyambut hidup baru, menempuh masa depan. Hari pertama, dimulai dengan
perkenalan bersama teman-teman baru dan hanya ada satu mata kuliah di hari itu
karena hari itu hanya digunakan sebagai pengenalan wilayah kampus.
2) Karangan
Deskripsi
Karangan deskripsi melukiskan suatu objek
dengan kata-kata. Obkek uyang dilukiskan bisa berupa orang, benda, tempat,
kejadian, dan sebagainya. Dalam karangan deskripsi penulis menunjukkan bentuk,
rupa, suara, bau, rasa, suasana, dan situasi suatu objek. Karangan nonfiksi
dengan cara deskripsi menjadikan pembaca aktif mengalami proses mental untuk
mengalami apa yang dituliskan oleh pengarang.
Agar dapat mendekripsikan sesuatu dengan
baik, kita perlu menguasai cara-cara menulis wacana deskripsi berikut ini.
a) Mengamati
objek yang akan ditulis
Bahan-bahan untuk mendeskripsikan suatu objek
dengan baik melalui observasi atau pengamatan. Pertanyaan-pertanyaan berrikut
ini dapat membantu mengumpulkan informasi untuk bahan mendeskripsikan sesuatu
objek.
i.
Bagaimanakah sifat-sifat fisik objek yang
akan kita deskripsikan sesuatu (bentuk, ukuran, bahan, warna, rasa, bau, dan
sebagainya) ?
ii.
Adakah persamaan objek itu dengan objek yang
lain ?
iii.
Bagaimankah perbedaan antara objek yang akn
kita deskripsikan itu dengan objek lain ?
b)
Menyeleksi dan menyusun rincian suatu
deskripsi
Data dan informasi yang telah kita catat dari
pengamatan perlu diseleksi dan disusun dengan cara-cara sebagai berikut:
i.
Memilih data dan informasi yang memberi kesan
yang kuat.
ii.
Menyajikan informasi tentang objek yang kita
deskripsikan dengan kerangka deskripsi sesuai dengan objek yang kita
deskripsikan yaitu deskripsi dengan kerangka tempat, deskripsi dengan kerangka
waktu, dan deskripsi dengan kerangka urutan bagian-bagian.
Contoh karangan deskripsi berikut ini.
Apotik
Siang itu aku sedang
duduk santai di sofa empuk di dalam apotik milikku yang baru saja dibuka.
Apotik ini adalah impianku sejak aku kuliah di farmasi dulu. Sekarang aku
memandang puas pada usahaku selama ini. Aku bisa mendirikan apotik di kota
kelahiranku.
Apotik ini cukup luas,
beberapa rak besar tempat obat-obatan berjejer rapi dengan kemasan-kemasan obat
warna-warni yang dikelompokkan menurut farmakologinya dan disusun alfabetis.
Pandangan saya tertuju pada rak buku di pojok ruangan yang berisi buku-buku
tebal. Ku ambil satu buku yang disampulnya tertulis Informasi Spesialis Obat
atau yang biasa disebut kalangan farmasi dengan buku ISO.
Setelah ku pandangi aku
tersenyum dan mengembalikannya ke tempat semula. Buku ini adalah buku pertama
yang kubeli saat aku kuliah dulu. Aku memandang lagi secara keseluruhan apotik
ini, sebuah televisi 14 inci dan sebuah computer di meja kasir.
3) Karangan
Ekposisi
Karangan nonfiksi dengan wacana eksposisi
(sering disebut juga denga ekspositori) menyajikan tulisan yang dimaksudkan
untuk memberikan informasi, menjelaskan sesuatu, atau mengajarkan sesuatu.
Setelah seseorang membaca karangan yang ditulis dengan wacana eksposisi ini
diharapkan dia akan bisa mengetahui, mengerti, atau dapat melakukan sesuatu
sesuai dengan isi wacana.
Agar dapat menulis dengan wacana eksposisi
dengan baik, kita perlu memahami dan menguasai teknik menulis wacana eksposisi.
Ada enam macam hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a)
Panjang karangan yang akan disusun.
b)
Tujuan penulisan.
c)
Kesempatan kita untuk menulis.
d)
Pengetahuan dan pengalaman kita berkaitan
dengan maslah yang akan kita tulis.
e)
Hal yang paling utama tentang masalah yang
akan kita sajikan kepada pembaca.
Contoh karangan eksposisi berikut ini.
Rasa Takut
Pernahkan Anda menghadapi
situasi tertentu dengan perasaan takut ? Bagaimana cara mengatasinya ? Rasa
Takut adalah rasa dimana seseorang merasa bahwa dirinya sedang mengalami
situasi atau suasana yang menghilangkan rasa percaya diri mereka akan sesuatu.
Di bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut.
Pertama, persiapkan diri
Anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi atau suasana tertentu. Dengan
mempersiapkan diri saat menghadapi situasi atau suasana tertentu Anda akan
merasa siap bahkan merasa bahwa Anda telah melewati situasi dan suasana
tersebut.
Kedua, pelajari
sebaik-baiknya bila menghadapi situasi tersebut. Anda harus mempelajari
baik-baik situasi apa yang sedang Anda hadapi baik ditempat sepi maupun
dikeramaian. Karena Anda akan merasa siap dengan segala suasana dan situasi
yang telah Anda pelajari.
Ketiga, pupuk dan binalah
rasa percaya diri.kepercaya dirian merupakan kunci utama anda dalam mengatasi
rasa takut. Dengan percaya diri Anda merasa bahwa Anda mampu melewati situasi
dan suasana yang akan Anda lalui tanpa terhalang oleh rasa takut.
Keempat, setelah timbul
rasa percaya diri, pertebal keyakinan Anda. Keyakinan Anda dalam mengadapi rasa
takut harus dipertebal agar Anda mapu dan yakin bahwa rasa takut iu akan hilang
dengan kepercayaan diri yang kuat dan keyakinan yang tinggi
Kelima, untuk menambah
rasa percaya diri, kita harus menambah kecakapan atau keahlian melalui latihan
atau belajar sungguh-sungguh. Anda juga haarus memiliki keahlian dan kecakapan
dalam suatu bidang, agar rasa percaya diri Anda kuat dan menghilangkan rasa
takut yang melanda Anda.
4) Karangan
Argumentasi
Karangan nonfiksi dengan wacana argumentasi
menyajikan tulisan yang dimaksudkan untuk mempersuasi (mampengaruhi, mendorong)
pembaca untuk mengambil suatu sikap tertentu atau agar pembaca melakukan
tindakan tertentu. Dengan wacana argumentasi ini penulis bermaksud untuk:
a)
Mendorong pembaca untuk mengemukakan
sikapnya;
b)
Mempengaruhi pembaca untuk mengubah sikapnya
yang sekarang;
c)
Mempengaruhi pembaca untuk meninggalkan
sikapnya yang sekarang;
d)
Mempengaruhi pembaca untuk mengubah sikapnya
yang sekarang dan kemudian mengganti sikap yang lain;
e)
Mempengaruhi agar pembaca melakukan suatu
tindakan tertentu;
f)
Menyokong pembaca agar tetap bertindak
seperti sekarang.
Agar dapat menulis nonfiksi dalam wacana
argumentasi dengan baik kita perlu mengetahui dan menguasai teknik-teknik
penulisan wacana argumentasi. Tulisan argumentasi harus didukung dengan
bukti-bukti (proof) yang menyakinkan. Bukti-bukti itu bisa ditemukan dalam
berbagai bentuk sebagai berikut:
i.
Definisi
ii.
Perbandingan
iii.
Hubungan
iv.
Kesaksian
Perhatikanlah wacana argumentasi berikut ini.
Kesuburan Tanah
Mempertahankan kesuburan tanah
merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian. Selama tanaman dalam
proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal kesuburan
tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu
sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan menjaga
kesuburannya dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.
Kesuburan tanah sangat
berpengaruh terhadap kesuburan tanaman bagi para petani. Tidak hanya baik bagi
kesuburan tanah tapi juga akan memperbaiki kualitas dari tanaman sehingga akan
mampu menghasilkan nilai rupiah yang baik bagi petani.
5)
Karangan Persuasi
Karangan persuasi adalah adalah karangan yang
mempengaruhi, mengajak, menganjurkan sesuatu kepada orang lain uyntuk berbuat
atau bertindak sesuai dengan yang diharapkan pengarang.
Contoh karangan persuasi :
Sistem Pendidikan Indonesia
Sistem pendidikan di
Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belum memenuhi harapan. Hal ini
dapat terlihat dari keterampilan membaca siswa kelas IV SD di Indonesia yang
berada pada peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina, Thailand,
Singapura, dan Hongkong.
Selain itu, berdasarkan
penelitian, rata-rata nilai tes siswa SD kelas VI untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin menurun. Anak-anak
di Indonesia hanya dapat menguasai 30% materi bacaan. Kenyataan ini disajikan
bukan untuk mencari kesalahan penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan
keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi semata-mata agar kita menyadari sistem
pendidikan kita mengalami krisis.
Oleh karena itu, semua
pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Tidak hanya dari pemerintah
sebagai penyedia sumber pendidikan, namun yang lebih penting adalah kesadaran
dari berbagai pihak. Termasuk anak itu sendiri. Hal tersebut dapat memperbaiki
sistem pendidikan nasional.
[1] Tasai Amran dan Zaenal Arifin, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2002), h. 30
[2] Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1998), h. 27
[4] Ibid., h. 32
[6] Ibid.,
No comments:
Post a Comment