BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses generasi
muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara
lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena
pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan
merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek
yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan
pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping
transfer ilmu dan keahlian.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi
kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara
hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah
laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan
menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Taksonomi ini
pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956,
sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom".
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam
makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari taksonomi?
2. Jelaskan
maksud dari taksonomi Bloom?
3. Jelaskan kategori jenis belajar menurut
Gagne?
C. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini agar para mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengetahui pengertian taksonomi.
2. Memahami taksonomi yang dikemukakan menurut
Bloom dan Gagne.
3. Menjelaskan kategori jenis belajar menurut
Gagne.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Taksonomi
Bloom
Kata Taksonomi diambil dari bahasa Yunani Tassein yang
berarti untuk mengklasifikasidan nomos yang
berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki
dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Hampir semua ( benda
bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian ) dapat diklasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal
ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif,
afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi
beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat),
mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling
kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyetarakan juga tingkah laku dari
tingkat yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S.
Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai
"Taksonomi Bloom". B. S. Bloom bersama rekan-rekannya yang
berpikir sehaluan, menjadi kelompok pelopor dalam menyumbangkan suatu
klasifikasi tujuan instruksional (educational objectives). Pada tahun 1956,
terbitlah karya “Taxonomy of Educational
Objectives”, Cognitive Domain”. Pada tahun 1964, terbitlah karya “Taxonomy of Educational Objectives,
Affective Domain”. Kelompok pelopor ini tidak berhasil menerbitkan suatu
taksonomi yang menyangkut tujuan instruksional di bidang psikomotorik (psychomotor domain). Orang lainlah yang
mengembangkan suatu klasifikasi di bidang ini, antara lain E. Simpson pada
tahun 1967 dan A. Harrow pada tahun 1972.
Adapun suatu taksonomi adalah merupakan suatu tipe system klasifikasi
yang khusus, yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang
digolong-golongkan dalam sistematika itu. Misalnya klasifikasi atas genus dan
species terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang, sebagaimana dikembangkan dalam
ruang lingkup Biologi, sesuailah dengan apa yang diketahui tentang
tumbuh-tumbuhan dan binatang. Sistematika pembagian / penggolongan itu
tidak berdasarkan suatu sistematika yang ditentukan sendiri (yang bersifat
arbitrer), sebagaimana terjadi dalam kartotek perpustakaan, yang mengklasifikasikan buku-buku menurut urutan abjad nama-nama pengarang, menurut urutan
abjad judul-judul buku atau menurut topik-topik yang dibahas dalam buku-buku
itu. Taksonomi-taksonomi di tiga rana kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang
dikembangkan oleh kelompok pelopor ini dan beberapa orang lain, memang disebut
“taxonomy”, tetapi menurut pendapat beberapa ahli psikologi belajar, mungkin
tidak seluruhnya memenuhi tuntutan suatu taksonomi sebagaimana dijelaskan
diatas, khususnya dalam rana kognitif. Meskipun demikian, nama taksonomi akan
tetap dipertahankan di sini, sesuai dengan sumber-sumber yang asli, kecuali
untuk sistematika yang dikembangkan oleh Simpson dalam rana psikomotorik yang
menggunakan nama/judul “klasifikasi” (classification).
Adapun taksonomi atau klasifikasi adalah sebagai berikut:
Ranah Kognitif :
·
Pengetahuan (Knowledge
·
Pemahaman (Comprehensi)
·
Penerapan (Application)
·
Analisa (Analysis)
·
Sintesa (Syntesis)
·
Evaluasi (Evaluation)
Ranah Afektif :
·
Penerimaan (Receiving)
·
Partisipasi (Responding)
·
Penilaian/Penentuan Sikap (Valuing)
·
Organisasi (Organization)
·
Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Or Value Complex).
Ranah Psikomotorik :
·
Persepsi (Perception)
·
Kesiapan (Set)
·
Gerakan Terbimbing (Guided Response)
·
Gerakan Yang Terbiasa (Mechanical Response)
·
Gerakan Yang Kompleks (Complex Response)
·
Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation)
·
Kreativitas (Creativity)
a. Ranah Kognitif
Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual
atau berfikir/nalar terdiri dari :
Pengetahuan (Knowledge)
Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari
dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan
prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan,
digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau
mengenal kembali (recognition). Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan
sebagai berikut : “siswa akan mampu menyebutkan nama semua sekretaris jenderal
PBB, sejak saat PBB mulai berdiri”. Siswa akan mampu menulis semua nama
propinsi di Indonesia, pada peta perbatasan daerah-daerah propinsi”.
Pemahaman (Comprehension)
Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari
suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk
lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan
tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.
Penerapan (Application)
Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja
pada suatu kasus/problem yang kongkret dan baru. Adanya kemampuan dinyatakan
dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapai atau aplikasi
suatu metode kerja pada pemecahan problem baru.
Analisa (Analysis):
Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian,
sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.
Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau
komponen-komponen dasar, bersama dengan hubungan/relasi antara bagian-bagian
itu.
Sintesa (Synthesis):
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru.
Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu bentuk
baru.
Evaluasi (Evaluation):
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau
beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan
kriteria tertentu. Kemampuan itu dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap
sesuatu, seperti penilaian terhadap pengguguran kandungan berdasarkan norma
moralitas, atau pernyataan pendapat terhadap sesuatu, seperti dalam menilai
tepat-tidaknya perumusan suatu TIK, berdasarkan kriteria yang berlaku dalam
perumusan TIK yang baik.
b. Ranah Afektif
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David
Krathwol.Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional,
seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya,
terdiri dari :
Penerimaan (Receiving/Attending) :
Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang
diberikan oleh guru.
Partisipasi (Responding):
Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut
:
Kesiapan menanggapi
(acquiescene of responding).
Contoh : mengajukan
pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada tembok kamar yang
bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.
Kemauan menanggapi (willingness
to respond), yaitu:
usaha untuk melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang
diperhatikan. Misalnya pada desain atau warna saja.
Kepuasan menanggapi
(satisfaction in response), yaitu :
adanya aksi atau
kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan mengetahui.
Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini adalah bertanya,
membuat coretan atau gambar, memotret dari objek yang menjadi pusat
perhatiannya, dan sebagainya.
Penilaian/Penentuan Sikap (Valuing)
Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan
membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap :
menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang
sesuai dan konsisten dengan sikap batin.
Organisasi (Organization)
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman
dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan
pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana
yang tidak begitu penting. Kemampuan itu dinyatakan dalam mengembangkan suatu
perangkat nilai, seperti menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar antara
kebebasan dan tanggung jawab dalam suatu negara demokrasi atau menyusun rencana
masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-cita hidup.
Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Or Value
Complex)
Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian
rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata
dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
c. Ranah Psikomotorik
Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular
system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari :
Persepsi (Perception)
Mencakup kemampuan untuk mengadakan
diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan
antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan
hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedan antara rangsangan-rangsangan yang
ada, seperti dalam menyisihkan benda yang berwarna merah dari yang berwarna hijau.
Kesiapan (Set)
Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya
dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini
dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam
mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang ditumpangi, setelah
menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna merah.
Gerakan Terbimbing (Guided Response)
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan
ini dinyatakan dalam mengerakkan anggota tubuh, menurut contoh yang
diperlihatkan atau diperdengarkan, seperti dalam meniru gerakan-gerakan tarian
atau dalam meniru bunyi suara.
Gerakan Yang
Terbiasa (Mechanism Response)
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa
memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemapuan ini dinyatakan dalam
menggerakkan anggota-anggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti
dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan secara terkoordinir.
Gerakan Kompleks (Complex Response)
Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu
ketrampilan yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan
efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang
berurutan dan menggabungkan beberapa subketrampilan menjadi suatu keseluruhan
gerak-gerik yang teratur, seperti dalam membongkar mesin mobil dalam
bagian-bagiannya dan memasangnya kembali.
Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation)
Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan
dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan
persyaratan khusus yang berlaku. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran, misalnya
seorang pemain tenis yang menyesuaikan pola permainannya
dengan gaya bermain dari lawannya atau dengan kondisi lapangan.
Kreativitas (Creativity)
Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola
gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
Hanya orang-orang yang berketrampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan
mempu mencapai tingkat kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat disaksikan
dalam pertunjukan tarian di lapisan es dengan diiringi musik instrumental.
B. Teori Belajar Gagne
Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi
pendidikan yang mengembangkan pendekatan perilaku yang eklektik. Teori belajar
yang dikembangkannya dapat dikelompokkan menjadi tiga macam konsep belajar
yaitu:
Hasil-hasil Belajar
Gagne.
Dalam mengajar kita harus merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran itulah yang akan kita jadikan sebagai tolak ukur dari hasil
belajar siswa. Gagne memaparkan lima tujuan belajar yang bersifat kognitif,
psikomotor, dan afektif. Hasil belajar ini berwujud penampilan-penampilan yang
disebut kemampuan-kemampuan (capabilities). Di antaranya bersifat kognitif,
yaitu:
a.
Keterampilan Intelektual
Termasuk dalam
keterampilan intelektual adalah diskriminasi-diskriminasi, merupakan suatu
konsep kemampuan untuk mengadakan respons-respons yang berbeda terhadap
stimulus-stimulus yang berbeda dalam satu atau lebih dimensi fisik. Konsep-konsep konkret, menunjukkan suatu
sifat objek atau atribut objek. Dalam hal ini diyakini bahwa penampilan manusia
merupakan sebuah konsep yang konkret. Belajar konkret merupakan prasyarat dari
belajar abstrak. Konsep terdefinisi, mensyaratkan kemampuan
mendemonstrasikan arti dari kelas tertentu tentang objek-objek,
kejadian-kejadian, atau hubungan-hubungan. Aturan-aturan, menunjukkan bagaimana
penampilan mempunyai keteratuan dalam berbagai situasi khusus. Dalam hal ini
konsep terdefinisi merupakan merupakan suatu bentuk khusus dari aturan yang
bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek, dan kejadian-kejadian. Dapat pula
dikatakan bahwa konsep terdefinisi merupakan suatu aturan pengklasifikasian. Aturan-aturan tingkat tinggi, merupakan
gabungan dari berbagai aturan-aturan sederhana yang dipergunakan untuk
memecahkan masalah. Aturan-aturan yang kompleks atau aturan-aturan tingkat tinggi
ditemukan untuk memecahkan suatu masalah praktis atau sekelompok masalah.
b.
Strategi-strategi Kognitif
Stategi-strategi
kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu proses internal yang digunakan
siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan
perhatian, belajar mengingat, dan berpikir. Strategi-strategi menghafal, yaitu siswa
melakukan latihan tentang materi yang dipelajari dalam bentuk pengulangan
terus-menerus. Strategi-strategi elaborasi, yaitu siswa mengasosiasikan hal - hal yang akan
dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia. Misalnya pembuatan
catatan secara matriks, penggunaan analogi, menyeleksi ide utama dari buku
teks, dan penggunaan metode PQ4R (preview, question, read, reflect, recite,
dan review) Strategi-strategi pengaturan, yaitu
mempelajari materi dengan menyusun kerangka yang teratur dari materi tersebut. Strategi-strategi metakognitif, meliputi
kemampuan siswa untuk menentukan tujuan belajar, memperkirakan n keberhasilan pencapaian tujuan itu, dan memilih alternatif untuk
mencapai tujuan itu. Strategi-strategi afektif, yaitu teknik yang
digunakan siswa untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian, mengendalikan
kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif.
c.
Informasi Verbal
Informasi verbal adalah
informasi yang diperoleh dari belajar di sekolah, kata-kata yang diucapkan
orang, membaca, radio, televisi, dan media yang lain.
d.
Sikap-sikap
Sikap-sikap yang umum
biasanya disebut dengan nilai. Sikap-sikap ini ditujukan pada perilaku-perilaku
sosial seperti kata-kata kejujuran, dermawan, dan istilah-istilah lain yang
lebih moralitas.
e.
Keterampilan-keterampilan motorik
Keterampilan motorik
tidak hanya meliputi kegiatan fisik, tetapi jugakegiatan-kegiatan motorik yang
digabungkan dengan kegiatan-kegiatan intelektual, misalnya membaca dan menulis.
C. Kejadian-kejadian Belajar
Bertitik tolak dari model belajarnya, yaitu model pemrosesan-informasi,
Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase
itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa
(yang belajar) atau guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses yang
terjadi dalam pikiran siswa menunjukkan satu tindakan belajar menurut Gagne.
Setiap fase diberi nama, dan di bawah masing-masing fase terlihat satu kotak
yang menunjukkan proses internal utama, yaitu kejadian belajar, yang
berlangsung selama fase itu. Kejadian-kejadian belajar itu akan diuraikan di
bawah ini.
a.
Fase Motivasi (motivatim phase)
Siswa (yang belajar)
harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan
memperoleh hadiah. Misalnya, siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa informasi
akan memenuhi keingintahuan mereka tentang suatu pokok bahasan, akan berguna
bagi mereka atau dapat menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.
b.
Fase Pengenalan (apperehending phase)
Siswa harus memberikan
perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional,
jika belajar akan terjadi. Misalnya, siswa memperhatikan aspek-aspek yang
relevan tentang apa yang ditunjukkan guru, atau tentang ciri-ciri utama dari
suatu bangun datar. Guru dapat memfokuskan perhatian terhadap informasi yang
penting, misalnya dengan berkata: “Perhatikan kedua bangun yang Ibu katakan,
apakah ada perbedaannya”. Terhadap bahan-bahan tertulis dapat juga melakukan
demikian dengan menggaris-bawahi kata, atau kalimat tertentu, atau dengan
memberikan garis besarnya untuk setiap bab.
c.
Fase Perolehan (acquisition phase)
Bila siswa memperhatikan
informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran. Informasi
yang disajikan, sudah dikemukakan dalam bab-bab terdahulu, bahwa informasi
tidak langsung disimpan dalam memori. Informasi itu diubah menjadi bentuk yang
bermakna yang dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa.
Siswa dapat membentuk gambaran-gambaran mental dari informasi itu, atau
membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama. Guru dapat memperlancar proses
ini dengan penggunaan pengaturan-pengaturan awal (Ausubel. 1963), dengan
membiarkan para siswa melihat atau memanipulasi benda-benda, atau dengan
menunjukkan hubungan-hubungan antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya.
d.
Fase Retensi (retentim phase)
Informasi yang baru diperoleh harus dipindahkan
dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui
pengulangan kembali (rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau
lain-lainnya.
e.
Fase Pemanggilan (recall)
Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan
dengan informasi dalam memori jangka panjang. Jadi bagian penting dalam belajar
ialah belajar memperoleh hubungan dengan apa yang telah kita pelajari, untuk
memanggil (recall) informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Hubungan dengan
informasi ditolong oleh organisasi materi yang diatur dengan baik dengan
mengelompokkan menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep, lebih mudah
dipanggil daripada materi yang disajikan tidak teratur. Pemanggilan juga dapat
ditolong, dengan memperhatikan kaitan-kaitan antara konsep-konsep, khususnya
antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya.
f.
Fase Generalisasi
Biasanya informasi itu kurang nilainya jika
tidak dapat diterapkan di luar konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi,
generalisasi atau transfer informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase
kritis dalam belajar. Transfer dapat ditolong dengan meminta para siswa
menggunakan keterampilan-keterampilan berhitung baru untuk memecahkan
masalah-masalah nyata, setelah mempelajari pemuaian zat, mereka dapat
menjelaskan mengapa botol yang berisi penuh dengan air dan tertutup, menjadi
retak dalam lemari es.
g.
Fase Penampilan
Para siswa harus memperlihatkan, bahwa mereka
telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak. Misalnya, setelah
mempelajari bagaimana menggunakan busur derajat dalam pelajaran matematika,
para siswa dapat mengukur besar sudut. Setelah mempelajari penjumlahan bilangan
bulat, siswa dapat menjumlahkan dua bilangan yang disebutkan oleh temannya.
h.
Fase Umpan Balik
Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang
penampilan mereka, menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang
apa yang diajarkan.Umpan balik ini dapat memberikan masukan pada mereka
penempilan yang berhasil.
D. Kejadian-kejadian Instruksi
Menurut Gagne bukan hanya guru yang dapat
memberikan instruksi; kejadian-kejadian instruksi dapat pula diterapkan pada
belajar penemuan, belajar di luar kelas atau belajar di dalam kelas. Tetapi
kejadian instruksi yang dikemukakan Gagne merupakan kejadian-kejadian instruksi
yang terjadi pada guru ketika menyampaikan pelajaran pada sekelompok siswa. Yang termasuk dalam kejadian-kejadian
instruksi tersebut antara lain adalah:
1.
Mengaktifkan motivasi
Kejadian
ini merupakan langkah pertama dalam setiap pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dengan tujuan memberikan motivasi belajar pada siswa.
2.
Memberi tahu
tujuan-tujuan belajar
Pada
langkah kedua ini guru menyampaikan tujuan belajar agar siswa mengetahui latar
belakang penyampaian materi serta mengetahui apa yang akan dipelajari. Tahap
ini biasanya dirumuskan dengan tujuan instruksional khusus/tujuan pembelajaran
3.
Mengarahkan
perhatian
Gagne
mengemukakan dua bentuk perhatian yaitu perhatian yang berbentuk stimulus dan
perhatian yang berbentuk persepsi selektif.
4.
Merangsang ingatan
Mengingat
pelajaran yang telah lampau dengan cara pemberian kode pada informasi yang
berasal dari memori jangka pendek. Guru dapat melakukannya dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang merupakan suatu pengulangan.
5.
Menyediakan bimbingan
belajar
Bimbingan
belajar ini dimaksudkan untuk memperlancar masuknya informasi ke memori jangka
panjang. Dapat dilakukan dengan mengaitkan informasi baru pada pengalaman
siswa.
6.
Meningkatkan
retensi
Retensi
atau bertahannya materi dapat dilakukan dengan banyak kali pengulangan terhadap
materi tersebut
7.
Membantu transfer
belajar
Tujuan
transfer belajar ialah menerapkan apa yang telah dipelajari pada situasi baru.
Pada transfer belajar diperlukan penguasaan konsep-konsep, fakta-fakta, keterampilan-keterampilan
oleh para siswa.
8.
Mengeluarkan penampilan dan memberikan umpan
balik
Guru memberikan
kesempatan sedini mungkin pada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar mereka,
agar dapat diberi umpan balik, sehingga pelajaran selanjutnya berjalan dengan
lancar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani
yaitu “tassein” yang berarti untuk
mengklasifikasi dan “nomos” yang
berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari
sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak,
benda diam, tempat, dan kejadian, sampai pada kemampuan berfikir dapat
diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi. Pendidikan lebih daripada
pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka,
sedang pendidikan merupakan transformasi
nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
Perbedaan
pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan
keahlian. Taksonomi pendidikan lebih dikenal dengan sebutan “Taksonomi Bloom”.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan.
Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu:
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Selain
itu Gagne juga mengemukakan pendapatnya mengenai pembelajaran, menurutnya
pembelajaran adalah seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap
individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari persitiwa
eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi) artinya proses
pembelajaran tidak hanya di dalam satuan atau lembaga pendidikan saja tetapi
sebenarnya pembelajaran berasal dari lingkungan sehari-hari kita.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin
, M.Z. (2012). Taksonomi Bloom, Konsep
dan Iplikisinya bagi Pendidikan
Matematika. Online. Tersedia
: http://www.masbied.com/2010/03/20/taksonomi-bloom-konsep-dan-implikasinya-bagi-pendidikan-matematika/. Diakses 09 Oktober 2014
Dahara,Ratna wilis.
2006
.
Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran Bandung.Erlangga.
Sagala,Syaiful.2010
.
Konsep Dan Makna Pembelajaran . Bandung .
Alfabeta.
Wiranataputra,Udin.S.dkk.2007.
Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta Universitas Terbuka.
Leriva.
(2012). Taksonomi Bloom. Online.
Tersedia:
No comments:
Post a Comment