Wednesday, 19 October 2016

makalah berani dalam islam

BAB II
PEMBAHASAN
A.BERANI
Keberanian berasal dari bahasa  latin yaitu cor  yang berarti “jatung”, dan bahasa perancis  yaitu  pada abad pertengahan  lama, corage yang berarti “hati dan jiwa” atau cuer, yang berarti “hati” yaitu untuk memiliki keberanian harus memiliki hati untuk menghadapi  kekuatan, bahaya atau sakit yang di perlukan dalam membela kebenaran, kehidupan rumah, mata pencarian, budaya keluarga, maupun  keyakinan.
            Keberanian  adalah  suatu sifat  mempertahankan  dan  memperjuangkan apa yang dianggap benar dengan  menghadapi segala bentuk bahaya, kesulitan, kesakitan, dan lain-lain. Berani yang di tuntut oleh islam adalah berani yang positif, yakni berani membela kebenaran.
Dalam konteks Islam, berani sering disebut dengan syaja’ah. Dalam Kamus Besar  Bahasa Indonesia (2001: 138) berani diartikan mempunyai hati yang mantap dan percaya diri yang besar dalam  menghadapi  bahaya, kesulitan, di sebut. Dengan demikian, berani di sini adalah berani yang bernilai positif, bukan berani yang bernilai negatif. Lawan dari sifat syaja’ah adalah jubun (pengecut atau penakut). Pemberani adalah orang yang berani membela kebenaran dengan resiko apa pun dan takut untuk berbuat yang tidak benar. Sebaliknya, penakut adalah orang yang takut membela kebenaran. Jargon yang sering kita dengar, “Berani karena benar dan takut  karena salah.’’[1]

Berani adalah memiliki hati yang  mantap, penuh rasa percaya diri, dan bisa menghadapi  kesulitan bahaya dengan  semangat yang besar. Berani itu melekat dengan sifat manusia, namun ada manusia yang memiliki tingkat keberanian yang tinggi, sebaliknya terdapat pula tingkat keberanian manusia sedang atau kurang,
Terkait dengan sifat berani, Nabi Muhammad saw. bersabda dalam salah satu hadisnya,
“Bukanlah dinamakan pemberani itu orang yang kuat bergulat, sesungguhnya pemberani itu ialah orang yang sanggup menguasai dirinya di waktu marah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
 Dari hadis ini ternyata ukuran berani atau tidaknya seseorang tidak bisa

dilihat dari segi olah fisiknya, tetapi dari segi olah jiwanya.

a). Ada pun sumber-sumber keberanian yaitu:
a.       Rasa takut kepada Allah swt.
b.      Lebih mencintai akhirat dari pada dunia.
c.       Tidak takut mati.
d.      Tidak ragu-ragu.
e.       Tidak menomor satukan kekuatan materi.
f.       Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah.
g.       Hasil pendidikan.



B. Sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat berani         
                   Menurut buya hamka terdapat dua sifat yang  saling berlawanan di tengah sifat berani. Keberanian (syaja’ah) di bedakan dengan berani secara nekad (tahawwur) atau sebaliknya serba pengecut (jubun).
                 Syaja’ah adalah keberanian yang di landasi segala pertimbangan  matang dan kekuatan hati yang kokoh. Menurut buya hamka, syaja’ah ialah berani karena benar dan takut karena salah. Tetapi yakinlah akan jalan dan keputusan yang diambil bukanlah sesuatu yang salah.
                 Jubun ialah sikap super lembek. Seseorang yang di liputi penyakit jubun, cenderung serba ragu, bimbang, cemas, dan takut ketika menghadapi sesuatu yang berat dan bermasalah. Bagi seorang jubun, jangankan takala salah, ketika benar pun tak berani melangkah dan mengambil keputusan.
                 Tahawwur  ialah jiwa yang  kelebihan berani alias   nekat, jangankan berada di jalan benar, ketika salah  pun beran i melangkah dan  mempertahankannya. Tahawwur  cermin hati yang bergejolak dalam kemarahan dan kenekatan. Dalam al-qur’an di lukiskan seseorang yang  tahawwur ialah manusia yang di tutup hati, pikiran, dan rasa.
                




                 Adapun banyak kisah yang dapat kita ambil yang menyangkut tentang berania (syaja’ah) di masa Nabi Muhammad saw,
                 Nabi Muhammad Saw. adalah teladan bagi kita dalam segala hal, termasuk dalam hal berani (syaja’ah). Dari berbagai kisah (sirah nabawiyah) yang kita tahu tentang beliau, tidak ada sejarawan yang tidak memuji keberanian beliau. Ini  menunjukkan bahwa Nabi saw. adalah seorang pemberani sejati yang selalu menegakkan kebenaran dan memberantas  kebatilan, meskipun resiko yang diterimanya sangat hebat. Nabi berkali-kali harus dihina, dicela, bahkan disakiti oleh orang-orang kafir Quraisy, mulai dari rakyat biasa sampai tokoh-tokohnya. 
                 Namun, Nabi saw. tetap berpegang pada kebenaran dan beliau berani mempertahankannya tanpa takut resiko yang bakal beliau terima. Nabi-nabi Allah yang lain juga para pemberani dalam mendakwahkan agama Allah, meskipun harus berhadapan dengan  musuh-musuh dari kalangan orang-orang kafir. Karena keberanianlah para Nabi Allah berhasil dalam dakwah mereka.[2]
Cerita ali bin abi thali (“bab al-ilmu”)
                 Ali Bin Abi Thalib ketika muda dikenal sebagai orang yang berilmu luas sekaligus pemberani, ketika itu Nabi menjulukinya sebagai “bab al-ilmu(pintu ilmu), Nabi memberi julukan itu karena kecerdikan Ali, sehingga banyak hal yang rumit sering di tanyakan kepada ali dan ali bisa menjawabnya dengan mudah, selain itu Ali juga seorang  yang  pemberani.
                
                 Dia pernah tidur di tempat Nabi Muhammad tidur, ketika beliu hendak hijrah dari  mekkah   ke  madinah,  ali tidur di tempat  Nabi  untuk menghi dari  kekejaman kaum quraisy dan selain itu untuk mencari  lingkungan baru buat Ali ajarkan agama islam. Ketika kaum quraisy tahu bahwa  Nabi hendak hijrah, maka malam itu mereka mengepung  rumah   Nabi  dan  berniat untuk membunuh Nabi di rumahnya, dan pada saat  kaum quraisy  hendak  menyerang  mereka pun  tau  bahwa yang tidur di tempat tidur Nabi itu bukanlah beliu tetapi yang tidur itu adalah Ali, setelah itu kaum Quraisypun mengejar Nabi Muhammad  tetapi  tidak berhasil. Kaum quraisy takut terhadap ali  karena ali berbibawah dan keberaniannya dalam  mempertahankan kebenaran meskipun harus mengorbankan nyawa.
                  Ali bukan berani sekedar berani, bukan berani karena nekad, tetapi berani dalam mempertahankan prinsip hidup serta kesaktriaan dalam menghadapi siapapun yang berusaha memusuhi dan menyerangnya.[3]
Banyak  kisah tentamg  keberanian  para tokoh  muslim di dunia yang berani untuk memperjuangkan  kemerdekaan  indonesia, mereka  telah  mengorbankan  jiwa dan  raga untuk  kemerdekaan  indonesia,  para pemuda pemudi tidak takut menghadapi kekejaman  penjajah,   salah seorang  yang  berani  untuk  memperjuangkan  kemerdekaan  indonesia ialah Teuku Umar  yang berasal dari aceh lahir di  meulaboh pada tahun 1854. [4] dan masih banyak yang  lainnya,
Kini tentu  perjuangan  para  pemuda maupun  anak-anak bangsa dengan cara mengisi  kemerdekaan  dengan  kerja  keras dan  membangun  negara  melalui  prestasi  dan pengorbanan diri secara positif.
Para pemuda harus berani  melawan  korupsi dan berbagai  penyimpangan, sehingga negara ini tegak  sebagai  negara yang  bebas dari  korupsi dan  segala  penyakit bangsa,  ketika para pemuda bangsa  memperoleh  mandat  rakyat  untuk  menjadi  pejabat  di  pemerintah  baik eksekutif, legislatif, yudikatif, dan berbagai  lembaga publik lainnya  maka  tunaikanlah  dengan  jiwa  yang  berani  dan  bersih  sebagai  kesaktria bangsa.
Dalam  kehidupan  berbangsa keberanian diperlukan antara lain untuk  membela kedaulatan negara, termasuk dalam menghadapi intervensi dan invansi asing. Dalam kehidupan sehari-hari  dapat ditunjukan dengan sifat berani menolak dan melawan korupsi, tidak takut di pecat manakala tidak bersalah, tidak mau terseret dalam politik uang, tidak mau merusak alam, dan masih banyak lagi kita harus berani untuk melawan yang salah dalam agama.[5]

a)      Bentuk-bentuk Keberanian.
                                                                    i.            Pertama. Keberanian dalammenghadapi musuh dalam peperangan di jalan Allah ( jihad fi sabilillah). Setiap muslim harus memiliki keberanian dalam berperang untuk menengakkan kebenaran dan agama islam.
                                                                  ii.            Kedua. Berani untuk menengakkan kebenaran. Menengakkan kebenaran sangat membutuhkan keberanian, terutama menghadapi orang-orang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan.
                                                                iii.            Ketiga. Keberanian untuk mengendalikan hawa nafsu. Keberanian melawan hawa nafsu ini termasuk perjuangan (jihad) yang berat, sebab yang di hadapi tidak kelihatan dan ada pada diri kita sendiri.

b)      Ciri-Ciri Pemberani
1)      Semangat dan pantang menyerah.
2)      Berfikir untuk menciptakan kemajuan.
3)      Nekat, bertekat kuat serta siap menanggung resiko.
4)      Konsisten/Istiqomah.
5)      Optimisme, berfikir secara matang dan terukur sebelum bertindak.
6)      Mampu memotivasi tindakan orang lain.
7)      Selalu tahu diri, rendah hati, dan mengisi jiwa serta pikiran dengan pengetahuan baru menuju ke arah yang benar.
8)      Bertindak nyata dan elegan.












C. Ayat-ayat atau hadist tentang sikap berani
Ayat Al-qur’an (Q.S.Ali-Imran: 173)
tûïÏ%©!$# tA$s% ãNßgs9 â¨$¨Z9$# ¨bÎ) }¨$¨Z9$# ôs% (#qãèuKy_ öNä3s9 öNèdöqt±÷z$$sù öNèdyŠ#tsù $YZ»yJƒÎ) (#qä9$s%ur $uZç6ó¡ym ª!$# zN÷èÏRur ã@Å2uqø9$# ÇÊÐÌÈ  
173. (yaitu) orang-orang (yang  mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia[250] telah mengumpulkan pasukan  untuk menyerang  kamu, karena  itu  takutlah  kepada  mereka", Maka  Perkataan itu menambah keimanan  mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi  penolong  Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung".
Ayat al-qur’an (Q.S. Al-Anfal [8]: 15-16)
$ygƒr'¯»tƒ z`ƒÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) ÞOçGŠÉ)s9 tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. $Zÿômy Ÿxsù ãNèdq9uqè? u$t/÷ŠF{$# ÇÊÎÈ   `tBur öNÎgÏj9uqム7Í´tBöqtƒ ÿ¼çntç/ߊ žwÎ) $]ùÌhystGãB @A$tGÉ)Ïj9 ÷rr& #¸ÉiystGãB 4n<Î) 7pt¤Ïù ôs)sù uä!$t/ 5=ŸÒtóÎ/ šÆÏiB «!$# çm1urù'tBur ãN¨Yygy_ ( š[ø©Î/ur 玍ÅÁpRùQ$# ÇÊÏÈ  
15. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, Maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).
16. Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, Maka Sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. dan Amat buruklah tempat kembalinya.[6]

Ayat al-qur’an (Q.S. Yusuf [12]:53)
* !$tBur äÌht/é& ûÓŤøÿtR 4 ¨bÎ) }§øÿ¨Z9$# 8ou$¨BV{ Ïäþq¡9$$Î/ žwÎ) $tB zOÏmu þÎn1u 4 ¨bÎ) În1u Öqàÿxî ×LìÏm§ ÇÎÌÈ  
53. Dan  aku  tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu  itu  selalu  menyuruh  kepada  kejahatan,  kecuali  nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku  Maha Pengampun lagi  Maha Penyanyang.[7]






Ayat al-qur’an (Q.S. An-Nisa:104)
Ÿwur (#qãZÎgs? Îû Ïä!$tóÏGö/$# ÏQöqs)ø9$# ( bÎ) (#qçRqä3s? tbqßJs9ù's? óOßg¯RÎ*sù šcqßJs9ù'tƒ $yJx. šcqßJs9ù's? ( tbqã_ös?ur z`ÏB «!$# $tB Ÿw šcqã_ötƒ 3 tb%x.ur ª!$# $¸JŠÎ=tã $¸JŠÅ3ym ÇÊÉÍÈ  

104. Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu menderita kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.[8]







D. Hadist Tentang keberanian
Hadist (HR. Abu Daud dan al-Tirmidzi)

Nabi Muhammad saw. bersabda: “Jihad yang paling afdlal adalah
memperjuangkan keadilan dihadapan penguasa yang zhalim.”
(HR. Abu Daud dan al-Tirmidzi).[9]

Hadist (HR.Ahmad)
 Rasa takut (segan) terhadap manusia jangan sampai menghalangi kamu untuk menyatakan apa yang sebenarnya jika memang benar kamu melihatnya, menyaksikan atau mendengarnya. (HR. Ahmad)

Hadist (HR.Ahmad)
 Rasa takut (segan) kepada manusia jangan sampai mencegah seorang apabila rnengetahui suatu yang hak untuk menegakkannya. (HR. Ahmad)

Hadist (HR. Ibnu Hibban)
 Di antara wasiat-wasiat (pesan-pesan) Rasulullah Saw adalah: "Jangan takut berada di jalan Allah terhadap celaan orang yang suka mencela." Aku berkata, "Tambah lagi ya Rasulullah." Beliau melanjutkan pesannya: "Katakanlah apa yang hak meskipun akibatnya terasa pahit."( HR. Ibnu Hibban)



E. Hikmah mempunyai sifat pemberani
          Adapun hikmah yang di dapat seseorang yang mempunyai sifat berani yaitu:
1.      Seseorang yang mempunyai sifat berani di dalam dirinya, maka orang tersebut tidak takut akan resiko apa yang menimpanya kelak, karena dia nyakin bahwa allah akan melindunginya dengan caranya, karena dia berani dalam  rangka positif di jalan yang diridhoi oleh sang pencipta,
Adapun hadist yang berhubungan dengan hikmah keberanian yaitu:

2.      Seorang  yang  berani  dalam  melawan  korupsi maka dia sudah memperjuangkan  negaranya dan dia akan di senganin oleh  masyarakat dan lain-lain.
3.      Seseorang yang berani maka akan di jauhkan dari hal-hal yang buruk yang mungkin akan menimpa dia, seperti pencurian, penculikan, dan kekerasan.
4.      Seorang yang berani tidak akan terseret dalam kesesatan atau ke dalam burukan.
5.      Jika sifat berani ada pada kita maka kita bisa melakukan atau melawan kejahatan yang menimpa kita, baik dalam keluarga,  maupun dalam negara kita.
6.      Dan kita akan mendapatkan fahala jika keberanian kita lakukan di jalan Allah, baik dalam agama, peradilan ataupun dalam kalangan masyarakat. Dan lain-lainnya.








F. Kelebihan memiliki sifat keberanian
Kelebihan seseorang dari pada memiliki sifat (syaja’ah) yaitu:
1.      Kita dapat membuat diri kita untuk tampil beda dengan orang lain biar pun orang lain tidak suka dengan diri kita.
2.      Kita bisa buktikan kepada kawan kita bahwa kita juga bisa menjadi orang yang sukses dengan usaha dan keberanian kita dalam membangun suatu organisasi di kampus.
3.      Kita bisa membawa diri kita ke level yang tinggi dan kita tidak takut untuk jatuh. Kalou pun kita jatuh dalam suatu usaha, kita masih mau untuk bangkit dan bangun dari kejatuhan kita.
4.      Kita berani untuk maju dan membuat diri kita bangga akan prestasi, dan kita juga tidak takut dalam mengambil tindakan dalam hal bisnis atau peluang usaha. Dan masih banyak kelebihan yang lain.

G. Berapa contao perilaku berani dalam kehidupan sehari-hari.
1        Ketika ada kawan yang mintak tolong karena dia melihat 2 ekor ular berbisa mau menyerang dia, maka kita harus menolongnya dengan cara mengusir ular itu dengan cara kita sendiri, misalnya dengan menangkap ular itu pakai jaring lalu kita buang jauh dari hadapan kawan kita, maka kita sudah mempunyai sifat berani.
2        Ketika kita melakukan kesalahan dengan ibu kita, misal dengan cara kita berkata kasar maka kita harus berani meminta maaf ke pada ibu kita. Seperti pepadah bilang, berani berbuat berani bertanggung jawab.
3        Ketika adik kita melakukan kesalahan dengan memukul anak orang lain atau anak tetangga kita, maka kita selaku kakak dia, kita harus meminta maaf kepada orang tua anak tersebut dengan baik-baik.

Di atas adalah beberapa contah berani dalam kehidupan sehari-hari kita di masyarakat, tentunya masih banyak lagi contoh dari pada perilaku berani




[1] .dr. marzuki, m.ag. adobe reader (seri pendidikan karakter islam)

[2] .Ikhwan Fauzi, teladan sepanjang masa, hlm. 40
[3] . Haeder Nashir , pendidikan karakter berbasis agama dan kebudayaan, Yogyakarta: Multi Presindo 2013, hlm. 74.
[4] . Rahisyah, sejarah pahlawan –pahlawan bangsa, Amelia Surabaya,2003, Hlm 120
[5] .Ibid., Hlm. 76
[6] . Al-Qur’an,( Q.S. Al-Anfaal [15.16]). Hlm. 162
[7]. Al-Qur’an,( Q.S. Yusuf [53]). Hlm. 219
[8] . Al-Qur’an.( Q.S. An-Nisa.[104] ). Hlm. 87.
[9] .Dr. Marzuki, M. Ag. Adobe Reader. (pendidikan karakter islam)

2 comments:

  1. al-qur’an di lukiskan seseorang yang tahawwur ialah manusia yang di tutup hati, pikiran, dan rasa.
    itu di dalam surat apa ayat keberapa gan..???

    ReplyDelete