BAB II
PEMBAHASAN
A.BERANI
Keberanian berasal dari
bahasa latin yaitu cor yang berarti
“jatung”, dan bahasa perancis yaitu pada abad pertengahan lama, corage yang berarti “hati dan jiwa” atau
cuer, yang berarti “hati” yaitu untuk memiliki keberanian harus memiliki hati
untuk menghadapi kekuatan, bahaya atau
sakit yang di perlukan dalam membela kebenaran, kehidupan rumah, mata
pencarian, budaya keluarga, maupun keyakinan.
Keberanian adalah
suatu sifat mempertahankan dan
memperjuangkan apa yang dianggap benar dengan menghadapi segala bentuk bahaya, kesulitan,
kesakitan, dan lain-lain. Berani yang di tuntut oleh islam adalah berani yang
positif, yakni berani membela kebenaran.
Dalam konteks Islam,
berani sering disebut dengan syaja’ah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 138) berani diartikan
mempunyai hati yang mantap dan percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, di sebut. Dengan demikian,
berani di sini adalah berani yang bernilai positif, bukan berani yang bernilai
negatif. Lawan dari sifat syaja’ah adalah jubun (pengecut atau penakut).
Pemberani adalah orang yang berani membela kebenaran dengan resiko apa pun dan takut
untuk berbuat yang tidak benar. Sebaliknya, penakut adalah orang yang takut
membela kebenaran. Jargon yang sering kita dengar, “Berani karena benar dan
takut karena salah.’’[1]
Berani adalah memiliki
hati yang mantap, penuh rasa percaya
diri, dan bisa menghadapi kesulitan
bahaya dengan semangat yang besar.
Berani itu melekat dengan sifat manusia, namun ada manusia yang memiliki
tingkat keberanian yang tinggi, sebaliknya terdapat pula tingkat keberanian
manusia sedang atau kurang,
Terkait dengan sifat berani, Nabi
Muhammad saw. bersabda dalam salah satu hadisnya,
“Bukanlah dinamakan
pemberani itu orang yang kuat bergulat, sesungguhnya pemberani itu ialah
orang yang sanggup menguasai dirinya di waktu marah.” (HR.
al-Bukhari dan Muslim).
Dari hadis ini ternyata ukuran berani atau
tidaknya seseorang tidak bisa
dilihat
dari segi olah fisiknya, tetapi dari segi olah jiwanya.
a). Ada pun sumber-sumber
keberanian yaitu:
a.
Rasa takut kepada Allah swt.
b.
Lebih mencintai akhirat dari pada
dunia.
c.
Tidak takut mati.
d.
Tidak ragu-ragu.
e.
Tidak menomor satukan kekuatan
materi.
f.
Tawakal dan yakin akan
pertolongan Allah.
g.
Hasil pendidikan.
B. Sifat-sifat yang
berlawanan dengan sifat berani
Menurut buya
hamka terdapat dua sifat yang saling berlawanan
di tengah sifat berani. Keberanian (syaja’ah) di bedakan dengan berani secara
nekad (tahawwur) atau sebaliknya serba pengecut (jubun).
Syaja’ah adalah keberanian yang di
landasi segala pertimbangan matang dan
kekuatan hati yang kokoh. Menurut buya hamka, syaja’ah ialah berani karena
benar dan takut karena salah. Tetapi yakinlah akan jalan dan keputusan yang
diambil bukanlah sesuatu yang salah.
Jubun ialah sikap super
lembek. Seseorang yang di liputi penyakit jubun, cenderung serba ragu, bimbang,
cemas, dan takut ketika menghadapi sesuatu yang berat dan bermasalah. Bagi
seorang jubun, jangankan takala salah, ketika benar pun tak berani melangkah dan
mengambil keputusan.
Tahawwur ialah jiwa yang kelebihan berani alias nekat, jangankan berada di jalan benar,
ketika salah pun beran i melangkah dan mempertahankannya. Tahawwur cermin hati yang bergejolak dalam kemarahan
dan kenekatan. Dalam al-qur’an di lukiskan seseorang yang tahawwur ialah manusia yang di tutup hati,
pikiran, dan rasa.
Adapun banyak kisah yang dapat
kita ambil yang menyangkut tentang berania (syaja’ah)
di masa Nabi Muhammad saw,
Nabi Muhammad Saw. adalah
teladan bagi kita dalam segala hal, termasuk dalam hal berani (syaja’ah). Dari
berbagai kisah (sirah nabawiyah) yang kita tahu tentang beliau, tidak ada
sejarawan yang tidak memuji keberanian beliau. Ini menunjukkan bahwa Nabi saw. adalah seorang
pemberani sejati yang selalu menegakkan kebenaran dan memberantas kebatilan, meskipun resiko yang diterimanya
sangat hebat. Nabi berkali-kali harus dihina, dicela, bahkan disakiti oleh
orang-orang kafir Quraisy, mulai dari rakyat biasa sampai tokoh-tokohnya.
Namun, Nabi saw. tetap
berpegang pada kebenaran dan beliau berani mempertahankannya tanpa takut resiko
yang bakal beliau terima. Nabi-nabi Allah yang lain juga para pemberani dalam
mendakwahkan agama Allah, meskipun harus berhadapan dengan musuh-musuh dari kalangan orang-orang kafir.
Karena keberanianlah para Nabi Allah berhasil dalam dakwah mereka.[2]
Cerita
ali bin abi thali (“bab al-ilmu”)
Ali Bin Abi Thalib ketika muda
dikenal sebagai orang yang berilmu luas sekaligus pemberani, ketika itu Nabi
menjulukinya sebagai “bab al-ilmu” (pintu ilmu), Nabi memberi julukan
itu karena kecerdikan Ali, sehingga banyak hal yang rumit sering di tanyakan
kepada ali dan ali bisa menjawabnya dengan mudah, selain itu Ali juga seorang yang pemberani.
Dia pernah tidur di tempat Nabi
Muhammad tidur, ketika beliu hendak hijrah dari
mekkah ke
madinah, ali tidur di tempat Nabi untuk menghi dari kekejaman kaum quraisy dan selain itu untuk
mencari lingkungan baru buat Ali ajarkan
agama islam. Ketika kaum quraisy tahu bahwa
Nabi hendak hijrah, maka malam itu mereka mengepung rumah
Nabi dan berniat untuk membunuh Nabi di rumahnya, dan
pada saat kaum quraisy hendak
menyerang mereka pun tau bahwa yang tidur di tempat tidur Nabi itu
bukanlah beliu tetapi yang tidur itu adalah Ali, setelah itu kaum Quraisypun
mengejar Nabi Muhammad tetapi tidak berhasil. Kaum quraisy takut terhadap
ali karena ali berbibawah dan
keberaniannya dalam mempertahankan
kebenaran meskipun harus mengorbankan nyawa.
Ali bukan berani sekedar berani, bukan berani
karena nekad, tetapi berani dalam mempertahankan prinsip hidup serta
kesaktriaan dalam menghadapi siapapun yang berusaha memusuhi dan menyerangnya.[3]
Banyak kisah tentamg
keberanian para tokoh muslim di dunia yang berani untuk
memperjuangkan kemerdekaan indonesia, mereka telah
mengorbankan jiwa dan raga untuk
kemerdekaan indonesia, para pemuda pemudi tidak takut menghadapi
kekejaman penjajah, salah
seorang yang berani
untuk memperjuangkan kemerdekaan
indonesia ialah Teuku Umar yang
berasal dari aceh lahir di meulaboh pada
tahun 1854. [4]
dan masih banyak yang lainnya,
Kini tentu perjuangan
para pemuda maupun anak-anak bangsa dengan cara mengisi kemerdekaan
dengan kerja keras dan
membangun negara melalui
prestasi dan pengorbanan diri
secara positif.
Para pemuda harus
berani melawan korupsi dan berbagai penyimpangan, sehingga negara ini tegak sebagai
negara yang bebas dari korupsi dan
segala penyakit bangsa, ketika para pemuda bangsa memperoleh mandat rakyat untuk
menjadi pejabat di pemerintah
baik eksekutif, legislatif, yudikatif,
dan berbagai lembaga publik lainnya maka
tunaikanlah dengan jiwa
yang berani dan
bersih sebagai kesaktria bangsa.
Dalam kehidupan
berbangsa keberanian diperlukan antara lain untuk membela kedaulatan negara, termasuk dalam
menghadapi intervensi dan invansi asing. Dalam kehidupan sehari-hari dapat ditunjukan dengan sifat berani menolak
dan melawan korupsi, tidak takut di pecat manakala tidak bersalah, tidak mau
terseret dalam politik uang, tidak mau merusak alam, dan masih banyak lagi kita
harus berani untuk melawan yang salah dalam agama.[5]
a)
Bentuk-bentuk Keberanian.
i.
Pertama. Keberanian
dalammenghadapi musuh dalam peperangan di jalan Allah ( jihad fi sabilillah).
Setiap muslim harus memiliki keberanian dalam berperang untuk menengakkan
kebenaran dan agama islam.
ii.
Kedua. Berani untuk menengakkan
kebenaran. Menengakkan kebenaran sangat membutuhkan keberanian, terutama
menghadapi orang-orang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan.
iii.
Ketiga. Keberanian untuk
mengendalikan hawa nafsu. Keberanian melawan hawa nafsu ini termasuk perjuangan
(jihad) yang berat, sebab yang di hadapi tidak kelihatan dan ada pada diri kita
sendiri.
b)
Ciri-Ciri Pemberani
1)
Semangat dan pantang menyerah.
2)
Berfikir untuk menciptakan
kemajuan.
3)
Nekat, bertekat kuat serta siap
menanggung resiko.
4)
Konsisten/Istiqomah.
5)
Optimisme, berfikir secara matang
dan terukur sebelum bertindak.
6)
Mampu memotivasi tindakan orang
lain.
7)
Selalu tahu diri, rendah hati,
dan mengisi jiwa serta pikiran dengan pengetahuan baru menuju ke arah yang
benar.
8)
Bertindak nyata dan elegan.
C. Ayat-ayat
atau hadist tentang sikap berani
Ayat Al-qur’an (Q.S.Ali-Imran: 173)
tûïÏ%©!$# tA$s% ãNßgs9 â¨$¨Z9$# ¨bÎ) }¨$¨Z9$# ôs% (#qãèuKy_ öNä3s9 öNèdöqt±÷z$$sù öNèdy#tsù $YZ»yJÎ) (#qä9$s%ur $uZç6ó¡ym ª!$# zN÷èÏRur ã@Å2uqø9$#
ÇÊÐÌÈ
173. (yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka
ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia[250] telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah
kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah
Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik
Pelindung".
Ayat al-qur’an (Q.S. Al-Anfal [8]: 15-16)
$ygr'¯»t z`Ï%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) ÞOçGÉ)s9 tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. $Zÿômy xsù ãNèdq9uqè? u$t/÷F{$# ÇÊÎÈ `tBur öNÎgÏj9uqã 7Í´tBöqt ÿ¼çntç/ß wÎ) $]ùÌhystGãB @A$tGÉ)Ïj9 ÷rr& #¸ÉiystGãB 4n<Î) 7pt¤Ïù
ôs)sù uä!$t/ 5=ÒtóÎ/ ÆÏiB «!$# çm1urù'tBur ãN¨Yygy_ (
[ø©Î/ur çÅÁpRùQ$#
ÇÊÏÈ
15. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan
orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, Maka janganlah kamu
membelakangi mereka (mundur).
16. Barangsiapa
yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat)
perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, Maka
Sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan
tempatnya ialah neraka Jahannam. dan Amat buruklah tempat kembalinya.[6]
Ayat al-qur’an (Q.S. Yusuf [12]:53)
* !$tBur äÌht/é& ûÓŤøÿtR 4
¨bÎ) }§øÿ¨Z9$# 8ou$¨BV{ Ïäþq¡9$$Î/ wÎ) $tB zOÏmu þÎn1u 4
¨bÎ) În1u Öqàÿxî ×LìÏm§
ÇÎÌÈ
53. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan),
karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi
Maha Penyanyang.[7]
Ayat al-qur’an (Q.S. An-Nisa:104)
wur (#qãZÎgs? Îû Ïä!$tóÏGö/$# ÏQöqs)ø9$# (
bÎ) (#qçRqä3s? tbqßJs9ù's? óOßg¯RÎ*sù cqßJs9ù't $yJx. cqßJs9ù's? (
tbqã_ös?ur z`ÏB «!$# $tB w cqã_öt 3
tb%x.ur ª!$#
$¸JÎ=tã $¸JÅ3ym ÇÊÉÍÈ
104. Janganlah
kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu menderita
kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana
kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka
harapkan. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.[8]
D. Hadist
Tentang keberanian
Hadist (HR. Abu Daud dan
al-Tirmidzi)
Nabi Muhammad saw.
bersabda: “Jihad yang paling afdlal
adalah
memperjuangkan
keadilan dihadapan penguasa yang zhalim.”
(HR. Abu Daud dan al-Tirmidzi).[9]
Hadist (HR.Ahmad)
Rasa takut (segan) terhadap manusia jangan
sampai menghalangi kamu untuk menyatakan apa yang sebenarnya jika memang benar
kamu melihatnya, menyaksikan atau mendengarnya. (HR. Ahmad)
Hadist (HR.Ahmad)
Rasa
takut (segan) kepada manusia jangan sampai mencegah seorang apabila rnengetahui
suatu yang hak untuk menegakkannya. (HR. Ahmad)
Hadist (HR. Ibnu
Hibban)
Di antara wasiat-wasiat
(pesan-pesan) Rasulullah Saw adalah: "Jangan takut berada di jalan Allah
terhadap celaan orang yang suka mencela." Aku berkata, "Tambah lagi
ya Rasulullah." Beliau melanjutkan pesannya: "Katakanlah apa yang hak
meskipun akibatnya terasa pahit."( HR. Ibnu Hibban)
E. Hikmah
mempunyai sifat pemberani
Adapun hikmah yang di dapat
seseorang yang mempunyai sifat berani yaitu:
1.
Seseorang yang mempunyai sifat
berani di dalam dirinya, maka orang tersebut tidak takut akan resiko apa yang
menimpanya kelak, karena dia nyakin bahwa allah akan melindunginya dengan
caranya, karena dia berani dalam rangka
positif di jalan yang diridhoi oleh sang pencipta,
Adapun hadist yang berhubungan dengan hikmah
keberanian yaitu:
2.
Seorang yang
berani dalam melawan
korupsi maka dia sudah memperjuangkan
negaranya dan dia akan di senganin oleh
masyarakat dan lain-lain.
3.
Seseorang yang berani maka akan
di jauhkan dari hal-hal yang buruk yang mungkin akan menimpa dia, seperti
pencurian, penculikan, dan kekerasan.
4.
Seorang yang berani tidak akan
terseret dalam kesesatan atau ke dalam burukan.
5.
Jika sifat berani ada pada kita
maka kita bisa melakukan atau melawan kejahatan yang menimpa kita, baik dalam
keluarga, maupun dalam negara kita.
6.
Dan kita akan mendapatkan fahala
jika keberanian kita lakukan di jalan Allah, baik dalam agama, peradilan
ataupun dalam kalangan masyarakat. Dan lain-lainnya.
F. Kelebihan
memiliki sifat keberanian
Kelebihan
seseorang dari pada memiliki sifat (syaja’ah) yaitu:
1.
Kita dapat membuat diri kita
untuk tampil beda dengan orang lain biar pun orang lain tidak suka dengan diri
kita.
2.
Kita bisa buktikan kepada kawan
kita bahwa kita juga bisa menjadi orang yang sukses dengan usaha dan keberanian
kita dalam membangun suatu organisasi di kampus.
3.
Kita bisa membawa diri kita ke
level yang tinggi dan kita tidak takut untuk jatuh. Kalou pun kita jatuh dalam
suatu usaha, kita masih mau untuk bangkit dan bangun dari kejatuhan kita.
4.
Kita berani untuk maju dan
membuat diri kita bangga akan prestasi, dan kita juga tidak takut dalam
mengambil tindakan dalam hal bisnis atau peluang usaha. Dan masih banyak
kelebihan yang lain.
G. Berapa contao
perilaku berani dalam kehidupan sehari-hari.
1
Ketika ada kawan yang mintak
tolong karena dia melihat 2 ekor ular berbisa mau menyerang dia, maka kita
harus menolongnya dengan cara mengusir ular itu dengan cara kita sendiri,
misalnya dengan menangkap ular itu pakai jaring lalu kita buang jauh dari
hadapan kawan kita, maka kita sudah mempunyai sifat berani.
2
Ketika kita melakukan kesalahan
dengan ibu kita, misal dengan cara kita berkata kasar maka kita harus berani
meminta maaf ke pada ibu kita. Seperti pepadah bilang, berani berbuat berani
bertanggung jawab.
3
Ketika adik kita melakukan
kesalahan dengan memukul anak orang lain atau anak tetangga kita, maka kita
selaku kakak dia, kita harus meminta maaf kepada orang tua anak tersebut dengan
baik-baik.
Di atas adalah beberapa
contah berani dalam kehidupan sehari-hari kita di masyarakat, tentunya masih
banyak lagi contoh dari pada perilaku berani
[1] .dr. marzuki, m.ag. adobe reader (seri
pendidikan karakter islam)
[2] .Ikhwan Fauzi, teladan sepanjang
masa, hlm. 40
[3] . Haeder Nashir , pendidikan
karakter berbasis agama dan kebudayaan, Yogyakarta: Multi Presindo 2013,
hlm. 74.
[4] . Rahisyah, sejarah pahlawan
–pahlawan bangsa, Amelia Surabaya,2003, Hlm 120
[5] .Ibid., Hlm. 76
[6] . Al-Qur’an,( Q.S. Al-Anfaal [15.16]). Hlm. 162
[8] . Al-Qur’an.( Q.S. An-Nisa.[104] ). Hlm. 87.
[9] .Dr. Marzuki, M. Ag. Adobe Reader. (pendidikan karakter islam)
al-qur’an di lukiskan seseorang yang tahawwur ialah manusia yang di tutup hati, pikiran, dan rasa.
ReplyDeleteitu di dalam surat apa ayat keberapa gan..???
TOP. IJIN KOPAS
ReplyDelete